Sebut Saja…., Anwar!

Sebut Saja…., Anwar!

Ya, sebut saja Anwar. Dia lahir di suatu kota yang terletak di Jawa Barat. Tapi, karena usaha orang tuanya, sejak kecil ia tinggal di luar Jawa. Hingga saatnya, setelah ia lulus dari bangku Sekolah Menengah Pertama, ia memutuskan untuk kembali ke pulau di mana ia dilahirkan.

Suatu ketika….

“Moal ah, sok weh. Abdi bade langsung uih,” jawab Anwar ketika temannya mengajak ia nongkrong sepulang sekolah.

“Cik atuh euy ngomong teh kasaran saeutik, jiga lain lalaki,” tegur temannya Anwar.

Sejak saat itu, Anwar mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Waktu terus berjalan dan sekarang, Anwar menduduki kelas XI di sekolahnya. Anwar adalah salah satu siswa yang cukup aktif di organisasi, salah satunya OSIS. Ketika masa jabatan Ketua OSIS berganti, Anwar berhasil terpilih menjadi Ketua OSIS baru.

“……. Dan, Ketua OSIS periode ini resmi dijabat oleh Anwar,” salah satu guru Anwar memberikan pengumuman di sela-sela setelah Upacara Bendera.

Anwar berdiri dan berjalan ke depan lapangan untuk memberikan sambutan sepatah dua patah kata sebagai Ketua OSIS baru. Setelah selesai memberikan sambutan, ia pun menghampiri barisan para guru (bukan barisan para mantan, yaaa!).

“Oh, kamu Anwar Ketua barunya. Emang kamu bisa? Nilai kamu aja jelek,” Timpa guru Anwar.

Anwar tersenyum dan kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran seperti biasanya. Kata-kata dari gurunya tersebut masih sangat terngiang di benak pikiran Anwar dan terus melekat dalam diri. Hanya seuntai kalimat singkat, namun cukup memberikan tumbukan yang berat.

Singkat cerita….

“Pilih nomor 2, ya!,” Anwar mempromosikan dirinya saat pemilihan Ketua BEM di kampusnya.

Seperti biasanya. Anwar, Si Anak Organisasi ini kembali mencalonkan dirinya menjadi seorang Ketua. Lagi dan lagi. Mengenai kata-kata pahit di masa lalunya? Ya, kata-kata itu menjadi tumpuan untuk dia semakin kuat berdiri, bukan menjadi pukulan hingga ia terjatuh. Dan alhasil, Anwar kembali memenangkannya!

“Asyiiikkkk, makan-makaaan!!!,” seru teman-temannya.

Tiba-tiba, ada salah satu dosen yang menghampirinya. Wajah ceria Anwar berubah menjadi sangar. Tangannya mengepal, adrenalinnya meningkat. Hati dan pikirannya seolah bekerja sama untuk saling menguatkan. Mulutnya siap untuk melahap apapun kata-kata yang akan disuguhkan oleh dosen yang menghampirinya tersebut. Semacam de javu yang akan kembali menguak mimpi buruk Anwar di masa lalu.

“Selamat, An. Sukses!,” ucap dosen Anwar sambil mengulurkan tangan untuk berjabat.

Anwar sejenak terdiam, dan membuka kepalan tangannya.

“……. Terima kasih, Pak. Mohon dukungannya,” jawab Anwar dengan sangat lega.

Tanpa disadari, kata-kata di masa lalu nya sangat membekas. Ibarat jerawat yang hilang, tapi tetap menyisakan bopeng. Ibarat kenangan bersama mantan, meskipun tak kasat mata namun sulit untuk dilupakan. Hehe

Satu tahun berlalu, Anwar telah menyelesaikan jabatannya dan kini ia bersiap untuk menyelesaikan kuliahnya. Tak terasa, sidang sarjana di depan mata. Para penguji siap melontarkan pertanyaan-pertanyaan tak terduga. Dan hari ini, hanya tinggal menunggu suara dari dalam ruang sidang memanggil…..

“Anwar…..,” suara dari dalam ruangan.

Anwar pun memasuki ruang sidang dengan membawa bekal pengetahuan yang semalaman ia pelajari. Ya, sistem kebut semalam. Mahasiswa banget, kan?

Sekitar satu jam berlalu….

“Luluuuuus!!!,” teriak Anwar keluar dari ruangan dan langsung menghampiri kekasihnya yang telah ikut menunggunya seharian.

Yaps, benar. Jangan karena sejak awal tidak diceritakan mengenai kekasihnya, kalian sebagai pembaca ini menganggap Anwar adalah seseorang yang jomblo seperti kalian. Salah besar, yaaa. Hihi

Tepat pada bulan Desember….

“Anwar Ardiansyah, S.Farm. Lahir di Bandung, 9 Januari 1990. Putra dari Bapak Miswar. Lulus dengan IPK 3,13 yudisium sangat memuaskan,” sebut MC dalam acara wisuda.

Anwar berhasil melewati masa-masa sulit 4 tahun kebelakang di perkuliahannya. Hari ini Anwar memberikan bukti, tak ada yang mustahil jika ada usaha. Hari ini ia mulai melepaskan pikirannya yang telah lama terkurung dalam kata-kata buruk di masa lalu yang cukup mencekam pikirannya. Dan hari ini, Anwar memberikan kata-kata persembahan di akhir prosesi wisudanya.

Mah, Pah, terima kasih telah ikut berjuang bersama kami, sampai kami bisa berada di dalam ruangan yang penuh dengan kebahagiaan ini.

Tanpa perjuangan kalian, mungkin kami tidak akan berkesempatan untuk menggunakan seperangkat toga yang pada hari ini kami kenakan di tubuh kami dengan bangga.

Seringkali kami merasa lelah dalam belajar, tapi kalian lah amunisi nyata yang bisa mengembalikan semangat kami.

Lelah kalian lah yang menyadarkan kami, betapa besar harapan kalian ingin melihat anaknya menggapai mimpi.

Do’a kalian lah yang mengantarkan kami ke sini, hingga akhirnya Allah merestui.

Dan untuk adik-adik tingkat semua,

Terima kasih atas do’a dan dukungannya.

Maaf jika belum bisa menjadi contoh yang baik.

Jangan patah semangat.

Ingatlah, bahwa kalian banyak dikelilingi oleh orang-orang yang sangat mengasihi kalian dan mengharapkan yang terbaik untuk kalian.

Semoga semangat kita semua dapat terus diperbaharui.

Penulis,

Nina Fitriyana

Cerpen