Rumah dan Makam Bosscha

Rumah dan Makam Bosscha

1609-2-1
Dokpri: Makam Bosscha

 

1609-2-2

PANGALENGAN—Minggu, 29 Agustus 2015. Saya dan teman-teman kelompok 3 KKNM (Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa) dari Dusun Lebaksari, Desa Cibeureum, Kec Kertasari, mengunjungi salah satu peninggalan sejarah di daerah Perkebunan Teh Malabar yang fenomenal, yaitu Rumah dan Makam Boscha, penemu Teropong Bintang terbesar (pada saat itu), juga salah satu ilmuwan yang karya-karyanya diakui di ITB, Rumah Sakit Hasan Sadikin dan Gedung Merdeka Bandung yang menjadi tempat KAA (Konferensi Asia Afrika). Pada saat memasuki kawasan perkebunan itu, suhu 8-16o celcius pun sudah menusuk tubuh. Udara sejuk, bersih dan terjaga dari polusi ini memang cocok untuk refreshing pikiran.

1609-2-3

Terletak ditengah-tengah perkebunan Teh yang merupakan perkebunan yang dikelola dan dikembangkannya sejak 1896, makam Karel Albert Rudolf (K.A.R) Bosscha atau yang popular dengan nama Bosscha ini dikebumikan. Meninggal pada tahun 1928 di Pangalengan karena mengidap penyakit tetanus.

1609-2-4

Sedang asik menikmati panorama yang indah, kami ditemui bapak Caca sebagai penjaga dari Makam Boscha sejak tahun 1984. Pak Caca dengan satu teman lainnya menjabat sebagai penjaga makam Bosscha dari jam 6 pagi sampai 9 malam dengan metode shift.

1609-2-5

“Biasanya, suka rame kalau hari Sabtu dan Minggu. Tapi kalau hari-hari biasa suka sepi.” Ujar Pak Caca. “Sekitar kurang lebih 2 KM lagi, ada rumah Boscha yang sering digunakan untuk shooting film, seperti film My Heart dan Bidadari-Bidadari Surga,” lanjutnya. Kedua film tersebut dibintangi oleh aktris berprestasi, yaitu Nirina Jubir.

1609-2-6

Salah satu observatorium Bossscha juga terletak di Lembang, yaitu merupakan teropong bintang terbesar kala itu. Tempat tersebut juga pernah dijadikan tempat syuting film Petualangan Sherina yang dibintangi oleh Sherina dan Derby Romero.

Setelah bercakap-cakap dengan Pak Caca dan menikmati suasana alam yang sejuk, kami pun meninggalkan makam Boscha. Perjalanan dilanjutkan dengan mengunjungi Rumah Boscha. Setibanya disana kami disambut oleh penjaganya dan diberi ijin untuk masuk dan melihat seisi rumah.

1609-2-7

 

1609-2-8

Rumah Boscha itu memang tempat persembunyian Boscha dulu ketika masih hidup. Disanalah tempatnya menyendiri dan berkarya. Boscha dulu dikenal sebagai dermawan, Untuk melancarkan kehidupan masyarakat dan kegiatan bisnisnya, Bosscha membuat penerangan, jalan dan sekolah untuk warga Pangalengan, Bosscha juga memberikan bekal pengetahuan memerah susu dan mengembangkan sapi perah kepada pribumi yang kini susu KPBS (Koperasi Peternak Bandung Selatan) ini sudah bisa dinikmati dalam bentuk dodol, permen, dan lain-lain. Selain itu juga terdapat saung di gunung dekat rumahnya itu, konon, katanya dulu ada seorang nenek-nenek yang sering diberi makan oleh Boscha dan Boscha berjanji untuk membuatkannya rumah/saung tempat nenek itu tinggal. Hingga kini, gunung tersebut terkenal dengan sebutan Gunung Nini (dalam Bahasa Sunda, Nini artinya Nenek).

1609-2-9

Rumah tersebut sering disewakan pula untuk rapat atau wisata, dengan ornamen dan perabotan asli masih terawat dengan baik.

1609-2-10
Dokpri: Patung Budha di Rumah Bosscha
1609-2-11
Dokpri: Temat minum Bosscha dari bahan marmer.

Kami begitu senang bisa berkunjung di Rumah dan Makam Boscha, bahwa ini adalah momen belajar yang menyenangkan selain mendapatkan ilmu juga kita sambil refreshing dengan menikmati alam yang indah. Untuk melihat makam Bosscha, pengunjung tidak dikenakan biaya, sedangkan untuk mengunjungi rumah Bosscha harus membayar uang kebersihan seikhlasnya.

Tak jauh dari sana, terdapat pula pohon Teh langka, berukuran tinggi seperti pohon pada umumnya. Itu juga merupakan salah satu aset sejarah yang harus dilestarikan. [ ]

Oleh : Sri Wahyuni

KKN Mahasiswa