Tahukah kamu? Ternyata ada loh pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dosen. Pekerti, namanya. Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 3 sampai 5 April yang lalu di Hotel D’best, Bandung dan tentunya dihadiri oleh para dosen STFI. Pekerti itu sendiri merupakan akronim dari Pelatihan Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dosen dalam proses pembelajaran. STFI memang baru pertama kali menyelenggarakan kegiatan Pekerti. Akan tetapi, sebagian dari dosen STFI telah mengikuti pelatihan Pekerti melalui acara-acara dari Kopertis ataupun dari institusi asal sebelumnya. Pelatihan ini sangat berguna untuk meningkatkan kemampuan dosen dalam mengajar agar mampu menciptakan lulusan yang kompeten dan dapat bersaing dengan baik di dunia kerja. Selain itu, dosen juga mendapatkan pengetahuan mengenai dasar-dasar proses belajar-mengajar dan cara mengelola kelas dengan baik. Dalam acara ini, diikuti oleh 26 orang peserta dosen STFI Bandung. Acara dibuka oleh Bapak Adang Firmansyah selaku Ketua STFI dengan Ketua Pelaksananya oleh Ibu Deby Tristiyanti, M.Farm.,Apt.
Dr. Susi Harijanti dan Dr. Deni Heriyadi. Ir., SU selaku narasumber menjelaskan mengenai Peranan Dosen KPT Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia). Menurut Perpres No. 08 tahun 2012, KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri Bangsa Indonesia terkait dengan sistem pendidikan dan pelatihan nasional. Salah satunya adalah mengenai target level lulusan mahasiswa farmasi yang harus mencapai tingkat tertentu, misalnya, lulusan S-1 harus bisa meracik obat. Oleh karena itu, sebelum memulai pembelajaran diperlukan persiapan untuk penerapan metode dari Teacher Center Learning (TCL) ke Student Center Learning (SCL). Dalam metode ini, peran dosen adalah sebagai fasilitator yang tentunya harus menguasai proses pembelajaran.
Pada pelatihan Pekerti ini juga disampaikan bahwa seorang dosen yang akan memulai perkuliahan harus mempunyai perencanaan untuk realisasi metode pembelajaran hingga evaluasi pembelajaran. Pada proses inilah akan disusun Rencana Pembelajaran Semester (RPS) untuk tiap mata kuliah selama satu semester. RPS itu sendiri mencakup tujuan pembelajaran prodi S-1 dan tujuan capaian pembelajaran tiap mata kuliah. Pada RPS, dosen juga wajib membuat contoh soal sebagai metode evaluasi pembelajaran yang akan diterapkan.
Narasumber lainnya, yaitu Dr. Dani, menyampaikan materi mengenai e-learning. Yup, pembelajaran berbasis internet. Dalam proses pembelajaran, para dosen diperbolehkan dan disarankan menggunakan fasilitas internet. Contohnya seperti kuis online, pengiriman tugas melalui Email, dan penggunaan aplikasi online dalam pembuatan tugas. Pada hari terakhir pelatihan, semua materi yang telah didapat langsung dipraktikkan oleh para dosen melalui proses microteaching. Di sini tiap dosen menyampaikan materi kuliah selama 10 menit dan berlatih teknik menguasai kelas, teknik menyampaikan materi, dan sebagainya.
Selaku moderator pada beberapa sesi materi, Ibu Yola Desenera Putri, M.Farm., Apt. menyampaikan pendapatnya mengenai hal terpenting yang perlu dikoreksi dari cara mengajar dosen, “Tidak selamanya metode ceramah saat pembelajaran itu jelek, namun alangkah baiknya apabila dosen bisa memvariasikan metode pembelajaran dari TCL ke SCL. Karena menurut penelitian juga, seseorang itu hanya bisa fokus pada 5% materi untuk durasi pembelajaran selama 100 menit. Dengan adanya kombinasi metode pembelajaran ini, mahasiswa jadi bisa lebih mengeksplorasi materi dengan mencari, mencatat, dan mengingatnya secara mandiri sehingga persentase materi yang terserap lebih banyak,” jelasnya.
Pelatihan Pekerti cukup dilakukan sekali selama seseorang menjadi dosen, namun pelatihan akan berlanjut di pelatihan Applied Approache (AA) menurut tingkatan dosen dalam mengajar. Oleh karena itu, setelah pelatihan Pekerti ini diharapkan para dosen STFI selanjutnya akan mengikuti pelatihan AA. Seluruh peserta dan seluruh panitia mengucapkan terima kasih untuk Yayasan Hazanah dan UNPAD dengan terselenggaranya acara ini.
Penulis,