Farmasi dan Farmer?

menyiram.jpgProfesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya (Wikipedia). Pada dasarnya semua orang memiliki profesinya masing-masing karena di setiap diri itu di anugerahi kemampuan sesuai kapasitas potensinya. Tapi, banyak orang awam beranggapan bahwa orang yang memiliki profesi itu adalah orang yang selain memiliki keahlian di bidangnya, juga mendapatkan bukti resmi dari pemerintah seperti ijazah atau sertifikat (baca: sekolah), karena ilmu dalam suatu bidang akan didapatkan ketika belajar di kelas, misalnya profesi dokter harus menempuh pendidikan Sarjana Kedokteran, tidak bisa belajar sendiri (otodidak).

Sebagai seorang calon Sarjana Farmasi, tentu aku sudah membayangkan kelak jika sudah lulus kuliah akan menyandang gelar S. Farm (Sarjana Farmasi), hehehe. Sehingga semua hal yang aku kerjakan semenjak kuliah selalu berhubungan dengan kefarmasian yang menjadikannya sebuah rutinitas. Namun, ketika liburan tiba, tanpa aku sadari bahwa aku akan meninggalkan sejenak rutinitas itu dan melakukan rutinitas lain. Dan selain bangun tidur terus mandi dan menyikat gigi, membereskan tempat tidur dan membantu ibu membereskan rumah #eh malah nyanyi, maka menyiram kebun adalah kegiatan yang selama seminggu ini sudah dua kali kulakukan, sungguh itu menyenangkan, walau kepanasan dan jerit-jerit karena menemukan ulat yang sudah menempel kayak perangko di bajuku, aku tetap menikmatinya, paling tidak waktu itu akan ku uraikan lewat tulisan ini untuk kubagikan sebagai sekelumit cerita untuk sekedar dijadikan selingan bacaan dari postingan hiruk pikuk gugatan atas jalannya pesta demokrasi yang diduga mengandung kecurangan yang TSM (Terstruktur, Sistematis dan Masif) #lah, kok?

Singkatnya, profesi seorang calon farmasis yang notabennya sangat dekat dengan buku-buku tebal, jurnal bahasa Inggris yang memusingkan, laporan yang harus direvisi, serta tugas yang menumpuk. Namun, kini semenjak liburanku yang bergelut dengan kebun-kebun dan Garden Market-ku telah memantaskanku untuk sejenak mengenakan gelar ‘farm’ itu sebagai singkatan dari profesi ‘farmer’ yang kudapatkan secara otodidak dan tidak mendapatkan ijazah, he he. Ooh… tapi begitu menyenangkan, semoga tumbuhan-tumbuhan yang kusiram dengan ketulusan itu, mereka tumbuh dengan baik yang ketika di panen bukan hanya berbuah sayuran dan menghasilkan keuntungan yang besar, tetapi juga berbuah kebahagiaan dan senyuman yang merekah bagi keluargaku. Aamiin.

Karanganyar – Ciwidey, Agustus 2014

Oleh : Sri Wahyuni

Opini