Mungkin beberapa dari kalian baru mendengar sindrom ini. Sindrom Tourette merupakan gangguan neuropsikiatri di mana penderitanya bergerak secara spontan, berulang, dan tidak dapat mereka kontrol, yang disebut dengan tic. Tic merupakan gejala utama yang ditunjukkan oleh penderita sindrom ini, berupa gerakan (motor tic) dan suara (vocal tic).
Motor tics membuat penderita melakukan gerakan-gerakan spontan secara berulang dan tidak dapat mereka kendalikan, seperti mengedipkan mata, membuka atau mengedutkan mulut, menganggukkan atau menggelengkan kepala, bahkan yang lebih kompleks seperti mengulang pergerakan benda, menekuk atau memutar badan, dan meloncat-loncat.
Vocal tics juga sama. Terkadang vocal dan motor tic terjadi bersamaan, di mana penderitanya mengeluarkan suara-suara aneh, bisa juga seperti batuk atau menirukan suara dan perkataan diri sendiri atau orang lain. Tic dapat hilang timbul dan dapat bertambah parah bila penderitanya stres, cemas, kelelahan, maupun terlalu bersemangat (hiperaktif).
Sedihnya, penderita sindrom ini kebanyakan anak laki laki dari usia 2-15 tahun, walaupun anak perempuan juga dapat mengalaminya. Penyebabnya masih belum diketahui dengan pasti, tapi beberapa sumber menyebutkan karena adanya gangguan atau cacat pada struktur maupun fungsi otak, faktor genetik, dan gangguan saat masa kehamilan.
Sindrom ini tidak memengaruhi kepintaran mereka, tidak membuat mereka bodoh sehingga tidak dapat bersekolah. Mereka masih bisa beraktivitas layaknya anak normal, seperti berolahraga, bermain musik, bergaul dengan teman-temannya, dan sebagainya.
Seorang anak penderita Tourette sindrom menyebutkan mereka bergerak seperti ada sengatan listrik, tak dapat mereka kontrol, bila mereka tahan, mereka semakin gelisah dan semakin bergerak tidak karuan. Namun, orang-orang disekitarnya seringkali menganggap mereka gila dan menertawakannya bila mereka kambuh apalagi saat sedang mengikuti pelajaran. Akibatnya anak tersebut menjadi tidak percaya diri dan tidak mau bersekolah. Lebih jauhnya, dia kehilangan kepercayaan untuk menggapai mimpinya di masa depan karena ‘penyakitnya’.
Belum ada pengobatan untuk menyembuhkan sindrom ini. Yang dapat dilakukan adalah mengurangi gejalanya dengan terapi psikologis agar tidak memicu stres dan kecemasan ataupun pemberian obat-obat antipsikotik seperti aripiprazole, haloperidol, sulpiride, dan risperidone dengan efek menenangkan. Selain itu sebagai masyarakat maupun orang-orang disekitarnya, kita dapat memberikan edukasi tentang Tourette sindrom, mendukung penderita, memberikan kepercayaan diri padanya agar mereka dapat masuk ke dalam lingkungan sosial dan beraktivitas dengan normal.
Bukan keinginan mereka untuk memiliki Tourette sindrom. Mereka layak untuk mendapatkan hak yang sama dengan kita yang normal. Jangan asingkan mereka, tapi dukung mereka untuk menggapai mimpinya. Karena manusia berhak untuk memiliki mimpi.
Referensi:
https://www.youtube.com/watch?v=7_dBRDvkbTU&list=PLo2SP9oGOTDiWn-iXMYBZnZQvu1ml_DJP
Penulis : Joana Tania