“Kring…kring…” bunyi alarm di pagi hari berbunyi sangat kencang. Aku pun terbangun untuk bersiap-siap pergi ke sekolah. Hari ini merupakan hari pertamaku masuk sekolah. Yap.. Aku Clara siswi SMA kelas 10 yang baru saja masuk mengenyam bangu SMA. Tentunya hari ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu karena aku akan merasakan suasana disekolah yang baru dan bertemu dengan teman-teman yang baru pula. Aku pun sangat bersemangat menyiapkan peralatan yang akan dibawa ke sekolah.
Setelah segala persiapan selesai, aku pergi ke sekolah. Seperti biasa sesampai disekolah pada hari senin ya upacara. Ya you know lah anak sekolah rata-rata paling males tuh upacara soalnya lama banget bediri yang buat kaki pegel. Akhirnya upacara selesai, siswa-siswi kelas 10 kumpul di lapangan untuk pembagian kelas. Nama kami disebut satu persatu sesuai urutan kelas. Ternyata aku masuk ke kelas IPA 1. Aku pun masuk kedalam kelas dengan berlagak dingin karena aku belum kenal siapa-siapa di kelas ini. Banyak orang melirik ke arah ku dan berbisik “orang itu jutek banget ya, kayanya ngacocok deh klo berteman sama dia”, ya.. maupun mereka berbisik tapi aku bodo amat apa kata orang yang penting disini aku belajar dan berprestasi. Aku pun duduk di kursi paling belakang paling pojok. Tiba-tiba ada seseorang menghampiri aku dan mengajak berkenalan “Haii.. Nama aku Amel nama kamu siapa ?” dia sambil menjulurkan tangan dan aku meyambut dengan hangat perkenalan ini “Haii juga.. nama aku Clara” dengan senyum yang lebar. “oh iya asal sekolah kamu dari mana ?” tanya amel pada ku “dari SMP Pelita Jaya, kalo kamu dari mana?” “aku dari SMP Sukasari. Salam kenal ya..” semenjak saat itu aku dan amel sangat dekat dan menjadi sahabat.
Memang aku ngga terlalu banyak teman ya karena banyak orang yang memandang aku hanya dari luar. Muka jutek, kalau jalan agak keliatan sombong, memang sih aku akui seperti itu tapi setelah kenal semua penilaian itu akan berbenading terbalik, dengan sikap aku seperti itu menjadi daya tarik tersendiri bagi orang yang penasaran untuk kenal aku terutama para cowo yang banyak ngedeketin aku. Aku sih merespon mereka biasa aja, ya karena aku tidak tertarik pada mereka dan aku ngga mau di bilang PHP lah, harkos lah dan lain- lain.
Tetapi suatu ketika aku ketemu dengan cowo yang membuat aku tertarik untuk mengenal dia. Alasan aku tertarik karena, dia tuh ramah, murah senyum, baik, badannya proporsional, ganteng. Ah.. cewe mana yang tidak tertarik sama dia pasti banyak yang suka dia. Kebetulan aku satu ekstrakulikuler sama dia jadi aku bisa mulai ngedeketin dia. Ya awal-awal chatingan, dari chat itu tambah kesini tambah deket dan dia ngajak main ke suatu taman ya lumayan rame dan bagus tempatnya. Di taman ini aku bisa lebih kenal dengan cowo ini dan memang asik orangnya, ngga buat boring, selalu dibuat ketawa, rame lah pokoknya jalan bareng dia. Selama pendekatan ini tidak ada perkembangan menuju arah pacaran. Ya mungkin aku sudah “baper” dengan perlakuan dia yang begitu baik. Aku pun curhat ke amel gimana baiknya tentang masalah ini. Amel pun memberi saran “lebih baik kamu menjauh dari dia, karena dia memperlakukan hal yang sama pada semua cewe yang deket sama dia” “tapi kan aku merasa ada hal yang berbeda dari dia dibandingkan dengan cewe lain” sanggahan aku terhadap pendapat amel. Amel pun menjawab “ya itu terserah kamu, aku udah ngasih pendapat lebih baik menjauh dari pada ujung-ujung nya sakit hati”. Mungkin pada dasarnya aku suka sama dia, aku hiraukan nasehat dari amel. Hari demi hari telah berlalu hubungan aku dan dia tambah ngga jelas, hubungan terus tarik ulur kaya layangan. Layaknya layangan terus di tarik ulur semakin terbang menjauh, dia pun seperti layangan tersbut semakin jauh dari ku dan ternyata dia menjauh dengan alasan ada cewe lain yang lebih dari aku. Perjuanganku untuk mendapatkan dia itu sia-sia, yang aku rasakan hanya sakit hati yang begitu dalam dan menyakitkan. Perkenalan aku dan dia selama satu tahun ini menjadi kandas seketika. Setelah kejadian itu aku dan dia tidak saling menyapa serasa orang asing, padahal dulu begitu dekat sedekat nadi dan sekarang begitu jauh sejauh matahari. Aku sungguh menyesal menaruh hati padanya dan aku menyesal tidak mendengarkan nasehat amel yang telah dia berikan pada ku.
Memang sedih ketika tiba-tiba teringat dia, ya mau gimana lagi waktu tidak dapat terulang kembali maupun hanya 1 detik waktu tak akan bisa berputar mundur. Jalan satu-satunya melupakan dia dan bahagia bersama yang lain lebih tepatnya mengikhlaskan dia bersama orang lain. Memang sulit melakukanya tetapi dengan seiring berjalannya waktu aku pasti bisa melupakan dia, bahkan mendengar namanya saja aku akan terbiasa tanpa perasaan apapun.
“Suatu saat, nama itu tak lagi ada artinya bahkan ketika teman-temanmu cerita tentang pemilik nama tersebut kamu sudah terbiasa dan memilih untuk “bukan urusanku lagi” tidak peduli seluruh tentangnya lebur begitu saja”
Ini salah satu quotes yang aku rasakan setelah mengalami patah hati.
Penulis,