SUPERMOON, TANDA BENCANA?

SUPERMOON, TANDA BENCANA?

Supermoon,

Para astrolog menggambarkan keadaan bulan penuh dalam posisi terdekatnya dari bumi (apsis atau perigee) dengan Supermoon. Spesifiknya, bulan super (Supermoon) merupakan bulan purnama atau bulan baru, dengan jarak lebih dekat dengan bumi (sekitar 10%), di mana permukaan bulan akan nampak lebih besar 14% dan 30% lebih terang dari biasanya, meskipun perubahan jaraknya hanya beberapa kilometer.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Bulan_super, bintang.com, liputan6.com
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Bulan_super, bintang.com, liputan6.com

Bulan super sering dihubungkan dengan bencana alam, misalnya gempa bumi, gunung meletus, dan sebagainya. Nolle berpendapat bahwa gaya gravitasi saat Supermoon dapat menyebabkan kekacauan di bumi. Misalnya, gempa bumi di Jepang dengan kekuatan 9 skala Richter yang memicu tsunami tanggal 11 Maret 2011, kemudian gempa yang menghancurkan Christchurch pada 22 Februari 2011, gempa Haiti pada 12 Januari 2010, dan gempa serta tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004, di mana bencana alam tersebut terjadi berdekatan dengan fenomena bulan super.

Kaitan antara Supermoon dan bencana alam ditepis oleh Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin. “Dengan ramalan bencana sesungguhnya tidak ada kaitannya. Pada saat purnama, beberapa potensi bencana ada, tapi tidak selalu, kecuali ada hal lain yang memperkuat,” terangnya. Begitu pula dengan Tsunami Aceh 2004, yang terjadi dua minggu sebelum Supermoon. “Kalau 2 minggu sebelumnya, posisi bulan bukan Supermoon, tetapi hanya purnama biasa.” jelas Thomas.

Kenyataannya, bulan super tidak cukup kuat untuk memengaruhi permukaan tanah atau gunung berapi. Bulan super hanya memengaruhi naiknya permukaan laut sekitar beberapa inci di bumi. Justru bulan super berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas seismik di permukaan bulan tersebut, walaupun efeknya tidak terlalu besar. Ketika keadaan bulan super, bulan mengalami gempa, hal ini terdeteksi oleh instrumen seismologi yang ditinggalkan oleh para astronot Apollo 11 di bulan.

Hal ini dibuktikan oleh pakar gempa dari Puslit Geoteknologi LIPI, Danny Hilman Natawidjaja. “Tak ada dasar ilmiah yang jelas, selain hanya gravitasi bulan yang sedikit lebih besar dari biasanya.” terangnya.

Penulis : Shauli Nur Savitri

IPTEK Umum