Semarak STFI Got Talent 2019

Semarak STFI Got Talent 2019

Sabtu, 9 Maret 2019, Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STFI) mengadakan ajang pencarian bakat yang diselenggarakan oleh Senat Mahasiswa Farmasi Indonesia (SEMAFI) yang merupakan program kerja dari bidang minat dan bakat. Menurut Tuti Mutia Rasidin (2017) selaku ketua pelaksana, nama acara STFI Got Talent awalnya adalah Pekan Kreatifitas Seni Mahasiswa (PKSM) yang memiliki tujuan sama, yaitu mengembangkan potensi lain diluar rutinitas sebagai mahasiswa farmasi. Sebenarnya goals acara ini tidak hanya untuk mahasiswa, tetapi terbuka juga untuk dosen jika ingin menampilkan bakatnya.

Terdapat 7 kategori yang bisa ditampilkan diantaranya vocal group, solo, musikalisasi puisi, tari tradisional, tari modern, accoustic, dan stand up comedy. Walaupun untuk persiapan dilaksanakannya acara ini sekitar satu bulan lebih, namun tetap saja terdapat kendala. Mulai dari diundurnya tanggal pelaksanaan yang seharusnya tanggal 2 Maret 2019 menjadi tanggal 9 Maret 2019, hal ini terjadi karena berbagai faktor. Kendala di hari H pun tidak bisa ditutupi, seperti di awal acara, sound system yang digunakan dirasa kurang mendukung dan berbagai faktor yang tak terduga lainnya seperti cuaca. Tetapi melihat antusiasme penonton yang meningkat, maka acara tetap dapat berjalan dengan lancar.

Salah satu peserta, Iken (2016) mengatakan bahwa dirinya dan ketiga personil dance yang lain mengikuti acara Got Talent ini hanya untuk meramaikan acara, bukan untuk mendapat juara. Hal ini karena kebetulan para personil senang dan kompak diajak latihan.

Selain antusias penonton maupun peserta, acara ini pun semakin meriah dengan kehadiran para juri. Diantaranya yaitu Cyntia Anggareni dari jurusan Teater Seni Bandung, Cindy Nurvitasari dari jurusan Tata rias busana ISBI Bandung dan Aji Muhamad Parhan dari GLS Studio Company.

“Aspek penilaian penampilan peserta itu dilihat dari keharmonisasian. Harmonisasi musik itu seperti cara pegang mikrofon yang benar, musiknya kalo nada tinggi seperti apa. Kendala disetiap musik, banyak banget orang yang gak mempersiapkan masalah teknis seperti keadaan mikrofon dan gimana cara menguasai panggung”. Komentar Aji Muhammad saat diwawancarai tim.

“Kriteria penampil yang baik itu ada di performance. Dance kalo performancenya bagus kan jadi enak diliatnya, kalo nggak maksimal kan jadi jelek gitu ya, intinya lebih ke hal itu” jelas Cindy.

Disisi lain, Cyntia mengungkapkan bahwa penilaian terhadap peserta dilihat dari ekspresi ketika membawakan sebuah nyanyian ataupun tarian. Karena hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas penampilannya. Terlebih lagi jika penampil begitu energic saat berada diatas panggung.

Anjali Widhiyani dan Silvia Mutiara Hidayah (2017) yang merupakan perwakilan dari juara satu acara ini, mereka menampilkan vocal group dengan beranggotakan 10 orang. Anjali mengatakan bahwa sebenernya mereka tidak berencana menampilkan vocal group dengan nama Tetew Group perwakilan dari kelas reguler pagi 17. Ketika latihan pun mereka tidak terlalu serius dan memang tujuannya hanya untuk meramaikan acara sekaligus sebagai hiburan pelepas penat dari pusingnya praktikum dan berbagai pelajaran di kelas.

“Kendala ketika persiapan atau latihan itu dari mengumpulkan orangnya ya karena memang tidak mudah mengumpulkan 10 kepala ditengah kesibukan yang ada. Kemudian kendala kita itu dari persiapan pembagian dan pelatihan vocal kita sendiri karena kita tidak ada pelatihnya, untungnya mereka sudah punya tempat sendiri untuk latihan. Karena mereka menampilkan vocal group dengan nge-mashup instrumen, jadi terdapat juga masalah dalam mixing dari instrumen itu sendiri.” Jelas Silvia menambahkan.

Penulis,

Nisrina Arden Tamami

Berita Kampus