“Kalo ini emang mau lo, gue izinin, tapi engga kaya gini caranya, diem-diem bertaruh nyawa!” ucap Roy dengan marah
“Tapi,… ini hidup gue, gue berhak untuk nentuin”
“Jangan pernah ngendarain motor atau mobil lagi” bentak Roy.
“Apa..!!!” teriak Viky
“Lo, bukan kaka kandung gue, engga usah sok ngatur gue…!!!”
“Dan, kalian semua, kaian bukan lagi temen gue” gertak Viky pada Bimo,Vino, dan Reno yang dari sedari tadi hanya menjadi pendengar setia atas keributan Viky dan Roy.
***
Petengkaran Viky dan kakanya, Roy, akhirnya membuat suatu jarak antara keduanya. Viky lebih sering pulang malam, main malam, dia malas jika harus bertemu Roy. Sekarang Viky lebih memilih menghabiskan waktunya bersama teman-teman baru, menikmati suasana baru yang menurutnya lebih menyenangkan dibandingkan berurusan dengan Roy atau teman-teman Roy juga dunia otomotif yang dulu dilakoninya sebagai hobi. Semua berjalan menyenangkan, hingga Viky sampai disuatu titik, yang membuatnya harus kembali memikirkan keputusannya yang dulu.
***
Di Waroeng steak, Bayu with Kemal, Tata and Sandi —- makan-makan.
“Ini keempat kalinya, gue ditinggal dan dianggap engga ada, setelah semua kebohongan dan omong kosong mereka.”
“Apa kalo temenan itu harus selalu suka sama semua hal yang dilakuin temannya, biar engga ditinggal atau dibuang!”
“Ohhhhh Tuhan, teman maca apa itu!!” erang Viky
***
“Ada tamu bermasalah nih!” seloroh Bimo saat melihat Viky memasuki bengkel. Senyum kecut dileparkan Viky menanggapi sambutan Bimo.
“Gue salah, sekarang gue dibuang” semua orang saling berpandangan satu sama lain dengan kening berkerut mendengar pengakuan yang tiba-tiba diucapkan Viky.
“Parahnya lagi gue sempet suka dan nyatain perasaan ke Bayu” tambahnya, pandangannya lurus menatap kakinya yang dia mainkan.
“Wowowow…. Lo nytain, belum pernah kejadian sebelumnya, dia hebat banget bisa bikin lo nyatain duluan” sindir Bimo sambil menggelengkan kepalanya, kagum.
“Arti persahabatan antara gue dan mereka berbeda jauh. Buat mereka persahabatan itu kaya transaksi jual beli, ada istilah untung dan rugi. Bohong sama temen sendiri, itu bukan masalah buat mereka” cerita Viky, dia tidak memperdulikan komentar Bimo.
“Gue minta maaf. Sekarang apa kalian juga bakalan ngebung gue, setelah apa yang gue lakuin?” Tanya Viky sambil menatap mata penghuni bengkel satu persatu, menunggu jawaban.
“Sadar juga akhirnya, emang cuma waktu yang bisa bikin lo ngerti apa itu persahabatan.“ ujar Vino
“Kita itu bukan temen yang baru kenal kemarin sore, hampir enam tahun kita temenan.” tambah Bimo.
“Setiap orang itu beda-beda, kita beda dengan mereka. Kita engga akan seenaknya ngebung orang” giliran Roy yang angkat bicara.
“Yoa, dunia ini keras bos, susah. Jangan sok-sokan lah ngebuang temen” ujar Reno sambil memukulkan kunci inggris ke lantai, mencoba menggambarkan seperti apa keras itu dan alhasil terdengar suara beradunya logam dan beton.
“Inget kata-kata itu” tambah Reno sambil mengacungkan kunci inggris ke arah Viky.
“Jadi, kalian….” ujar Viky
Terlihat Roy mendekati Viky dan memeluknya
“Lo, adik gue”
“Selalu ada tempat untuk keluarga” bisik Roy ditelingan Viky, tangis Viky pun tak tertahan lagi. Melihat adegan yang cukup mengharukan, semua teman Roy bergerak menghampiri Viky, menyalaminya dan memeluknya sebagai ucapan selamat datang. ‘Betapa bodohnya gue selama ini.’
Kini semuanya berkumpul dan kekosongan itu telah terisi kembali. Suasana hangat kembali mengalir diantara mereka. perpisahan yang sementara ini, memberikan banyak ilmu dan pengalaman hidup, terutama bagi Viky
“Izinin gue jadi pembalap!! Gue serius dan Izinin gue balapan malam ini” pinta Viky pada Roy disela-sela tangisannya. Roy terdiam mendengar permintaan Viky.
“Ini yang terakhir lo balapan liar, selanjutnya adalah balapan resmi, kalo lo emang serius mau jadi pembalap” tawar Roy
Malam ini Viky memacu mobilnya dengan senyum sumringah. Roy telah mengizinkannya untuk menjadi pembalap. Bimo yang menemaninya ikut senang, meski sedikit khawatir, karena sudah cukup lama Viky tidak mengendarai mobil, tapi kini Roy mengizinkannya untuk melakukan balapan, entah apa pertimbangannya.
***
Viky adalah anak seorang pembalap. Empat tahun yang lalu, ayahnya meninggal karena kecelakaan di sirkuit balap. Tidak lama ibunya menyusul, karena sakit. Viky sendiri, melihat bagaimana ayahnya meinggal, tapi tidak membuatnya trouma dengan dunia balap, kini Viky hidup bersama Roy, pembalap muda yang mengangkatnya menjadi adik, karena merasa mermiliki nasib yang sama. Sempat Viky mengutarakan keinginannya untuk menjadi pembalap pada Roy, tapi Roy selalu mengatakan nanti dan nanti, karena Roy merasa Viky masih terlalu labil, hingga suatu ketika Roy melihat viky mempertaruhkan nyawanya di sirkuit balapan liar tanpa izin.
***
Dibohongi dan dibuang merupakan hal yang sangat menyakitkan.
‘Ternyata gue berlebihan, nganggap kalian saudara’ batin Viky sambil menikmati secangkir kopi di sebuah cafe terkenal. Terasa tenang sampai sesuatu terjadi.
“Hey, Ky, disini juga, kenapa lo engga bilang kalo ke disini?” tegur seseorang saat melihat Viky sedang santai di sebuah kafe. Viky hanya menengok dengan malas, dia tau siapa yang datang.
“Itu juga pertanyaan gue untuk kalian”, jawab Viky dengan senyum sinis.
“Gue engga tau kalo lo mau kesini!” jawab Bayu ”dan..”
“Dan ini dadakan” potong Viky sambil meminum kopi ditangannya, alasan klasik yang selalu didengarnya.
“Kita takut ganggu dan siapa tau lo sibuk!” kini giliran Kemal yang memberikan alasan.
“Kalian tuh engga pernah nanya, ya!! Apa kalo nanya itu rugi buat kalian?” kekesalan tampak jelas diwajah Viky
“Yang pentingkan sekarang kita ketemu disini” ujar Bayu santai, berusaha menengahi.
“Bukan jawaban itu yang gue mau yu!” ucap Viky pedas, “bagus, sekarang kita ketemu disini, gue minta penjelasan dari kalian, ini bukan pertama kali kalian hang out tanpa ngajak gue, apa gue udah engga ada artinya buat lo semua, huh!“ sindir Viky.
“Itu bukan hal yang penting untuk diributin” kata-kata ini terlntar begitu saja dari mulut Bayu, setelah mendengar ucapan Viky.
“Itu penting buat gue, lo berubah yu, sejak gue bilang kalo gue suka sama lo, dan kalian semua ikut berubah,” protes Viky, Bayu tercengan mendengar kata-kata Viky.
“Jadi gini penilaian lo sama kita, apa itu penilaian seorang teman?” protes Tata.
“Kalian yang bikin gue menilai kaya gini dan apa ini cara kalian perlakuin temen!” ujar Viky membalikan pertanyaan,
“Membuang teman, berbohong, mengumbar omong kosong, itu yang kalian lakuin selama ini, waktu gue ngajak kalian jalan, kalian bilang engga bisa, tapi nyatanya kalian pergi tanpa gue”
“Gue tanya apa masalahnya, sampe kalian selalu ninggalin gue, tapi apa jawaban kalian, ‘engga ada maslah, ini dadakan’, bosen tau dengernya”
“Lo itu selalu maunya dipahamin hati dan pikirannya” ujar Bayu.
“Jadi itu maslahnya. Ya, karena selama ini gue juga berusaha untuk memahami kalian, tolerir semua kelakuan dan kebiasann kalian yang beda baget sama gue, wajar dong gue minta untuk dipahami. tapi semua yang gue lakuin itu engga ada artinya buat kalian.”
“Ini cara kalian bilang kalo ada masalah!!”
“Ternyata gue salah selama ini, engga ada artinya pertemana kaya gini” ucap Viky dengan sinis. sambil menatap tajam pada Bayu.
“Silahkan nikmati acara hang out kalian” ucap Viky mengakhiri perdebatannya. Otak dan hatinya panas, ada hal lain yang lebih penting dan harus Viky selesaikan dibandingkan menghabiskan waktunya untuk berdebat dengan mereka.
***
“Ada balapan!!!” ucap Sandi sambil berdiri dari tempat duduknya, saat medengar suara deru mobil yang saling bersahutan. Dari jauh terlihat dua mobil saling mengadu kecepatan.
“Wow, nonton yu, jarang-jarang pas main malem ketemu balapan liar, mobil lagi” ujar Bayu, dengan wajah sumringah.
Tanpa protes dan komentar, Kemal, Tata, Sandi segera beranjak dan pergi meninggalkan tempat makan yang menjadi tempat nongkong mereka. Inilah kebiasaan mereka, selalu menuruti kehendak salah seorang, tampak seperti ekor yang mengikuti kepala. Padahal mereka memiliki kepala sendiri-semdiri.
Susana yang sangat ramai menyambut mereka, ketika berada di tempat balapan, banyak mobil dengan berbagai warna dan tentunya mesin yang telah domodifikasi berjejer disana, para pembalap jalanan berkumpul dengan berbagai gaya.
“Gue penasaran siapa yang menang, pembalap baru itu atau si Jeck”
“Gue juga sama, apa lagi taruhannya gak tangung-tanggung, mobil coy“
Obrolan itu terdengar oleh Tata, Kemal, Bayu dan Sandi saat berada di tengah-tengah kerumunan, membuat mereka saling bertatapan satu sama lain.’Gila’.
Sorak-sorai semakin ramai, saat terlihatnya sorotan lampu jauh dari mobil yang mulai mendekati garis finish dengan kecepatan tinggi. Dalam hitungan detik mobil berwarna merah sampai di garis finish, hanya satu mobil, semua penonton terdiam, mereka tertegun karena hanya satu mobil yang kembali, mana mobil yang satu? Apakah terjadi sesuatu? Tapi bukan hanya itu yang membuat tertegun, seorang wanita dengan rambut lurus sebahu turun dari dalam mobil, wajahnya yang putih tersinari oleh kilatan cahaya lampu dan rambutnya yang digerai tersapu oleh angin malam. Pembalap baru itu yang menang. Dua kali kemenangan sebelumnya, ternyata cukup memberikan pengalama dan memahami kondisi jalanan.
“Lo emang punya bakat alami, pantes Roy ngizini lo, padahal udah lama lo engga ngendarain mobil, apa lagi balapan” ucap Bimo saat melihat siapa yang menang.
Tak lama, sebuah mobil hitam dengan lukisan air brush dibadan mobil, melaju dengan kecepatan normal ke arah garis finish, percuma memicu moblnya dengan kencang, kekalahan sudah jelas dia raih. Wajah penuh kekesalan dan rasa malu, entah akan disimpan diaman wajahnya saat turun nanti, julukan the king of streets sudah bukan miliknya. Pria pengendara mobil itu segera turun dan berjalan mendekati wanita yang berdiri di depan mobilnya, menyambut kemenangannya. Kini kunci mobil hitam telah beralih tuan, sesuai dengan taruhan yang telah disepakati. Wanita itu tersenyum, sambil melemparkan kunci pada rekannya di antara penonton, tapi senyumananya bukan untuk si penerima kunci, melainkan untuk sekelompok penonton yang berada di satu tempat.
“Waktunya untuk pulang,” gumannya sambil memicu mobil merahnya meninggalkan arena balap.
“Itu viky!!” ujar Sandi, orang pertama yang tersadar dari keterkejutanya
“Dia senyum“ tambah Tata tidak kalah terkejutnya.
***
Malam minggu yang cerah, tidak mendung apa lagi hujan. Viky mendapatkan pesan singkat untuk menemui seseorang di sebuah cafe.
“Gue engga nyangka lo pembalap” itu kalimat pertama yang diucapkan Bayu dalam percakapan mereka.
“Di dunia balapan gue tumbuh, bapa gue pembalap, kenapa engga gue jadi pembalap” timpal Viky sambil tersenyum. Sejenak Bayu terkesan dengan senyumannya.
“Jangan pernah berfikir kalo gue ikut balapan itu pelarian karena keributan kita” ujar Viky, dia tidak mau terjadi salah paham, dan memberikan kesempatan pada Bayu untuk merasa besar kepala. ‘Justru pertemana gue dengan kalian, itulah pelarian’.
“Cuma untuk konfirmasi aja, lo ngajak ketemuan di sini?” Tanya Viky
“Salah satunya itu. Dan gue ngawakilin yang lain minta maaf, untuk semua kesalahan yang pernah kita lakuin”
“udah lah,.. itu masa lalu” ucap Viky sambil mengibaskan tangannya
“gue udah maafin, tapi kesalahan kalian engga bakalan gue lupa. Karena gue engga mau ngulang kebodohan”
“Tolong sampein juga ke yang lain”
“Semua beres kan!! Engga ada lagi yang harus diobrolin” ujar Viky “gue harus balik” pamitnya sambil berdiri meninggalkan Bayu yang masih terdiam.
Tiba-tiba Bayu menyusulnya dan menarik lengan Viky. “Tunggu Viky, kita masih teman kan?”
“ya, tentu” jawab Viky, sambil melepaskan tangan Bayu, “gue harus balik” ucap Viky sekali lagi.
***
“itu bukan sifat lo yu, tiba-tiba minta maaf. Gue engga tau apa yang terjadi sama lo dan mereka. Sekarang kita adalah teman lama yang baru kenal” gumam Viky dalam perjalanan pulang.
———————————————————————–
Penulis :
Siti Uswatun Hasanah, atau biasa dipanggil Uus adalah seorang perempuan kelahiran Bandung pada tanggal 15 Desember 1988 dan sampai saat ini masih tinggal di Kota Bandung, tepatnya di Jl. Sukup Lama Rt 007/001, Cigending , Ujungberung, Bandung. Lelies15@yahoo.co.id dan 081221692869 adalah Alamat email dan no telepon yang dapat dihubungi.