Peace for Jerusalem

Peace for Jerusalem

 

“Jerusalem as capital of Israel.”

Begitulah penggalan pidato dari Donald Trump. Berita ini viral dalam sekejap. Mengusik umat muslim di seluruh penjuru dunia. Bahkan Presiden Turki, Erdogan, mengungkapkan amarahnya terhadap Amerika. Namun, tak sedikit pula umat muslim yang tidak terlalu peduli hal ini. Beberapa orang mungkin akan berpikir sinis.

Untuk apa? Untuk apa capek-capek membela negara lain? Negara sendiri aja masih banyak masalah.. Negara sendiri aja belum keurus.

Jika kau muslim, maka kau harus membuka hatimu. Open your heart, open your mind. Umat Islam itu bagaikan satu tubuh. Bila ada bagian tubuh terluka, maka bagian tubuh yang lain ikut merasakan. Seperti halnya long march yang dilakukan oleh sekumpulan mahasiswa yang tergabung dalam FSLDK Baraya dan KAMMI di car free day, Dago, pada tanggal 10 Desember 2017 dengan seruan aksi ‘Peace for Jerusalem’. Kegiatan ini dilakukan untuk menanggapi  keputusan Trump yang secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.

LDK Ibnu Sina (STFI) ikut ambil bagian dalam kegiatan ini. FYI, FSLDK Baraya adalah sebuah forum silaturahim antarLDK se-Bandung Raya, sedangkan KAMMI yaitu Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia. Aksi dimulai pada pkl.07.00 WIB dari Taman Dago Cikapayang.

Kilas balik di awal tahun 1900-an, Palestina merupakan bagian dari khilafah Utsmaniyah, negeri dimana Muslim, Kristen, dan Yahudi hidup berdampingan. Kemudian semuanya berubah ketika gerakan Zionis berdiri di Eropa yang menyerukan pembentukan negara untuk umat Yahudi dan diputuskan negara itu adalah Palestina. Yahudi dari Eropa hijrah ke Palestina. Dengan berakhirnya perang dunia I, khilafah Utsmaniyah pun runtuh dan Palestina diambil alih oleh Inggris. Tahun 1917, Inggris mendeklarasikan dukungannya untuk memberikan tempat tinggal kepada Yahudi di Palestina. Jumlah pendatang Yahudi meningkat dan memicu ketegangan antara Arab dan Yahudi. Hal tersebut membuat Inggris menarik diri dan PBB mengambil alih. PBB menerima rencana membagi Palestina menjadi dua bagian, yaitu Israel untuk Yahudi, dan Palestina untuk Arab. Kota Yerusalem adalah kota suci bagi umat Muslim, Kristen, dan Yahudi yang (saat itu di bawah kendali PBB) dijadikan zona internasional. Yahudi menerima pembagian negara tersebut dan mendeklarasikan kemerdekaannya sebagai negara Israel. Namun, negara-negara Arab keberatan dengan diambil alihnya tanah Palestina. Lalu terjadilah perang antara Arab-Israel pertama kalinya pada tahun 1948. Israel menang dan merampas tanah lainnya. Pertempuran terjadi selama bertahun-tahun, namun hingga saat ini penduduk Palestina terus melakukan perlawanan (Sumber : Cordova Media).

Tak hanya itu, Palestina memiliki arti penting bagi umat Islam. Masjid Al-Aqsha berdiri di sekitar kota Yerusalem. Orang Arab menyebut kota itu Al-Quds yang artinya tempat suci. Al-Aqsha adalah masjid yang istimewa bagi umat muslim. Beberapa keistimewaan tersebut adalah berlimpahnya pahala apabila kita melakukan shalat di sana, sebagai kiblat pertama umat muslim, tempat terjadinya peristiwa bersejarah perjalanan Isra Miraj, termasuk salah satu dari tiga masjid yang memiliki kedudukan penting dalam Islam, negerinya para nabi, dan tempat yang diberkahi sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an (Q.S Al Isra:1). Palestina bagaikan ibukotanya bumi. Siapa yang menguasai Palestina, dialah penguasa bumi.

Sebagai umat muslim, kita harus bertindak akan hal ini. Jangan hanya menonton. Diam adalah pengkhianatan.

Kemana saja kalian, wahai muslim, tidak membela hak-hak saudara kalian di Palestina?? Apa kalian tidak malu di hadapan Allah? Bisakah kalian mempertanggungjwabkan itu di hadapan Allah karena kalian hanya diam saja?

Seruan dari salah satu orator membakar semangat kami. Rinai hujan dan panas terik di pagi hari tak menyurutkan aksi kami demi Palestina. Kawan.. Mari kita bahu membahu membantu warga Palestina disana. Bantulah dengan tenaga. Bantulah dengan aksi nyata. Bantulah dengan harta. Jika tak sanggup, setidaknya bantulah dengan doa.

BIRRUH! BIDDAM! NAFDIKA YA AQSHA!

Dengan jiwa dan darah kami! Kami korbankan untukmu, wahai AQSHA!

 

Penulis,

Marliana

Mahasiswa Opini