Diagnosis dan Terapi, Antibodi Monoklonal
Zakiatul Maisah (RPS 2016/ A 162 033)
Pusat Teknologi Farmasi dan Medika (PTFM)-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengklaim telah membuat alat pendeteksi DBD yang dapat digunakan mirip test pack. Alat ini bekerja dengan prinsip imuno kromatografi (suatu teknik memisahkan atau mengidentifikasi antigen dan antibodi pada sampel). Kit diagnostik tersebut menggunakan anti-NS1 antibodi monoklonal. Anti-NS1 antibodi adalah antigen khas yang diekspresikan pada permukaan virion dengue. Glikoprotein ini digunakan sebagai penanda diagnosis pada infeksi DBD.
Selain itu, antibodi monoklonal pun telah dikenal untuk terapi kanker dimana antibodi ini akan secara spesifik mengenali antigen tertentu yang terdapat di sel kanker, sehingga hanya sel kanker yang dibunuh.
Antibodi monoklonal adalah antibodi buatan yang identik karena diproduksi sel-sel imun khusus dengan menggunakan teknik hibridoma yang kemudian dilakukan kloning pada sel-sel tersebut. Teknik hibridoma merupakan penggabungan dua sel dari organisme yang sama maupun berbeda menghasilkan sel tunggal dengan kombinasi dua sifat sel.
Pembuatan antibodi monoklonal dengan fusi dua jenis sel limfosit B dan sel targel misalnya sel kanker pada antibodi monoklonal untuk terapi kanker. Hasil fusi ini disebut dengan sel hibridoma yang kemudian jika dilakukan kultur akan menghasilkan sel antibodi yang spesifik seperti sel aslinya dan homogen.
Manfaat teknologi antibodi monoklonal:
- Mengukur dan mendeteksi menggunakan Teknologi antibodi monoklonal relatif cepat, lebih akurat, dan lebih peka karena spesifitasnya tinggi.
- Teknologi antibodi monoklonal saat ini digunakan untuk deteksi kehamilan, alat diagnosis berbagai penyakit infeksi dan deteksi sel-sel kanker.
- Teknologi antibodi monoklonal dapat digunakan untuk membunuh sel kanker tanpa mempengaruhi sel-sel yang sehat.
- Teknologi antibodi monoklonal banyak dipakai untuk mendeteksi penyakit-penyakit pada tanaman dan hewan, kontaminasi pangan dan polutan lingkungan.