“Maksih udah datang, Ge!”
“Semoga lo bahagia bareng Efan” ucap Gea sambil memandang ke arah Efan.
“Gue harap lo cepet nyusul kita ke pelaminan” ucap Vina.
***Tidak ada yang bisa menghalangi jika Tuhan telah berkehendak. Seorang insan yang terpisah lama ternyata dipertemukan dengan cara yang sangat sederhana dan tidak pernah diduganya.
“Ramen di sini, termasuk menu yang paling disukai” ujar seseorang pria dengan pakaian casualyang telah berdiri tepat di samping Gea, saat ia sedang menikmati makanan favoritnya di sebuah resto baru atas rekomendasi Vina. Resto yang didominasi warna merah dan tulisan jepang dengan gambar pesumo lucu menjadi ciri khas resto baru itu.
“KYO!” Pekik Gea “Kamu!! sejak kapan kamu di sini?” Tersirat jelas raut kaget di wajah Gea. Dia tidak siap dengan situasi ini.
“Sejak aku melihatmu masuk ke restoran ku ini”
“Jadi resto ini punyamu!! Lama tak bertemu kamu telah menjadi pengusaha muda yang sukses” ucap Gea.
“Lama tak bertemu, dan kamu masih suka ramen!!” Ucap pria yang bernama Kyo itu sambil tersenyum dan mengambil posisi duduk dihadapan Gea.
“Karena makanan ini punya kesan tersendiri”
“Kesan yang membuat kita menjadi dekat dan juga menjadi jauh” ucapan Kyo, yang berhasil membuat tubuh Gea menegang.
***“Kamu masih menyukai saya?”Pertanyaan itu tiba-tiba meluncur begitu saja dari mulut Kyo.
Suasana menjadi hening, terlihat Gea menarik nafas lebih dalam sebelum menanggapi ucapan Kyo.
“Saya tidak bisa mengangapmu sebagai teman” tambah Kyo.
“Tapi hati ini bukan lagi untuk mu Kyo!” ucap Gea sambil menunduk.
Itu adalah pengakuan pertama dan terakhir Kyo. Sebelum keduanya akan terdiam untuk selamanya. Sesuatu yang bernama maut telah menjemput mereka. Sebuah bus yang kehilangan kendali menabrakrestoran tempat mereka mengobrol. Bus itu menghancurkan apa pun di depannya. Hampir seluruh badan bus memasuki restoran, membuat bangunan itu rusak parah.Beberapa pengunjung menjadi korban, termasuk Gea dan Kyo. Darah segar mengalir dari kepala juga beberapa bagian wajah Kyo dan Gea, tubuh mereka terhimpit reruntuhan bangunan.
“KYOOOOOOO….” Teriak Gea, “Ternyata Cuma mimpi” gumamnya.
***Luasnya hamparan kebun teh dan udara segar pegunungan menjadi teman Gea selama satu minggu terakhir ini. Dia menghabiskan liburannya di sebuah villa dengan bersepeda, berkuda, memotret sampai menulis. Kejadian yang dia alami beberapa hari lalu membuatnya membutuhkan suntikan energi baru untuk bisa kembali hidup.
“Nenggggg… neng Gea” teriak seorang wanita setengah baya sambil berlari kecil menuju Gea yang sedang berada di tengah kebun teh. Gea sangat mengenal suara itu, dia Bi Sari. Tapi bukan itu yang menarik perhatian Gea, melainkan orang di belakangnya. Vina.
“Bukannya lo lagi bulan madu, kenapa bisa kesini? Mana Efan?” Tanya Gea sambil memeluk sahabatnya.
“Dia lagi tugas ke Surabaya, bulan madu kita diundur sampe tugas Efan selesai.” Gea tersenyum memandang wajah lesu Vina.
“Abis lo telepon gue kemarin, gue kepikiran untuk nemuin lo di sini, lagian gue juga bête di rumah”
“Gue baru tau kalo lo ketemu lagi sama Kyo”
Gea tersenyum mendengar penuturan Vina. Ya, dua hari yang lalu Gea memang menelepon Vina, hanya sekedar menanyakan kabarnya setelah menikah. Tapi telepon Gea ternyata memberikan makna lain bagi Vina, bukan sekedar bertanya kabar. Sampai dia jauh-jauh dari Jakarta datang menemuinya ke Bandung.
“Gimana Kyo skarang?”
“Hati lo butuh kepastian bukan pelarian, Ge. Satu setengah tahun lebih dari cukup untuk Kyo memahami perasaannya.”
“Feeling gue bilang, dia buat lo”
“Tuhan yang menentukan, bukan lo ataupun gue, dan engga ada yang terjadi antara gue dengan Kyo kemarin.” ucap Gea dengan tatapan tetap mengarah ke hamparan hijau di depannya.
“Satu minggu lagi gue balik ke Australia, Vin.”
“Beresin urusan lo dulu Ge, mumpung masih ada waktu.” pinta Vina.
Melihat respon Gea yang tetap cuek, Vina mengeluarkan handphone nya dan mencari sesuatu disana.‘Lo yang bikin gue harus ngelakuin hal yang gue engga suka, Ge’ batin Vina.
“Halo!! Kyo, ini gue Vina, Gea pengen ketemu sama lo”
Mendengar nama Kyo dan namanya disebut, Gea mengarahkan pandangannya ke Vina, dan tanggannya reflex meraih hand phone dari tangan Vina, tapi Vina berkelit lebih cepat dan berlari menjauh dari Gea.
“Minggu ini jam tiga sore, Kyo nunggu lo di Resto Sapu Lidi” teriak Vina dari jauh, namun masih terdengar jelas oleh Gea.
“Vinaaaaa… lo gila?” teriak Gea dengan nada kesal.
“Lo engga bisa mundur lagi.” Tambahnya sambil pergi meninggalkan Gea. Vina sengaja membuat Gea berada pada posis yang terpojok, dan tidak memberikan Gea untuk membuat keputusan lain selain mengikuti apa yang dirancang Vina.
***Sebuah surat terselip disaku jaket Kyo, surat berwarna biru.
Surat ini untuk pria yang memiliki no kendaran AD 1513 D
Pria yang selalu membuatku kesal dan ingin marah,, tetapi selalu berujung diam, karena nasehatnya
Pria yang sangat mencintai ibunya, dan selalu bercerita tentang ibunya…
Pria yang terlihat angkuh, namun bijaksan…
Maaf… aku lancang mencintaimu…bisa kita memulai bukan sebagai teman?
Surat singkat yang ditulis Gea satu setengah tahun silam untuk Kyo, saat masih menjadi mahasiswa. Berharap adanya jawaban, tapi jawaban itu tidak pernah ada. Kyo pun berubah sikap hingga Gea pergi.
***“TIDAKKKK… Kyooooo”
“Shitttttt, mimpi itu lagi” gumam Gea sesaat setelah terlonjak dari mimpinya. Tampak nafas yang masih terengah-engah dan keringat membasahi tubuhnya. Sudah berkali-kali Gea mengalami mimpi dimana dia dan Kyo pergi untuk selamanya.
‘Maaf nomor telepon yang anda hubungi berada di luar jangkauan’
Dengan kesal gea melemparkan handphone nya ke samping tempat tidur. Sudah berkali kali Gea mencoba menghubungi Vina. Tapi Vina tidak bisa dihubungi sejak saat dia datang menemui Gea di perkebunan.
“Kemana anak satu ini!!”
***Hari minggu, tanggal 15 Desember pukul Jam 15.00 di Resto Sapu Lidi
“Ge”
“Kamu masih menyukai saya?”
Pertanyaan itu membuat tubuh Gea menegang ditempatnya, tangan dan mulutnya kaku. Pandangannya tidak terfokus, bola matanya bermain ke sekeliling ruangan.
‘mimpi itu’
Butuh waktu sedikit lama bagi Gea untuk bisa kembali tenang dan menjawab pertanyaan Kyo.
“Entahlah”
“Kalau pun iya, saya akan menghapusnya. Kita tidak ditakdirkan untuk bersama, Kyo!”
“Bukan kamu atau saya, yang menentukan kita bersama atau tidak, tapi Tuhan. Itu hak-Nya.” ujar Kyo
“Pertemuan kita di restoran ramen itu, bukanlah kebetulan, Vina yang memberitahu saya, kalo kamu ada di sana.”
Gea hanya terdiam mendengar ucapan Kyo, tangannya sibuk memainkan minuman di gelasnya.
“Jika Tuhan tidak menakdirkan kita untuk bersama, saya tidak akan merasa terganggu dengan perasaan aneh di hati ini, dan mungkin juga di hati kamu”
“Vina, dia cerita semuanya.” ucap Kyo mulai bercerita,
Sepasang tangan dengan halus menggenggam jemari Gea.
“Vina membantu saya untuk jujur pada perasaan saya sendiri.”
“Maaf membuatmu menunggu lama”
“Dahulu, saya mengingkari perasaan ini. Karena saya merasa tidak pantas untuk mu, saya tidak mungkin mengejar kemampuan mu.”
“Tapi, tidak perlu setara untuk bisa menjalin cinta yang tulus” ujar Kyo, “dan saya baru menyadari itu”
Bukannya menjawab Gea tiba-tiba melepaskan genggaman Kyo dan berlari , pikiran dan hatinya kacau. Gea tidak ingin apa yg terjadi di mimpinya, terjadi di dunia nyata.
***Bandara Internasional
Layar handphone Gea masih tetap sama, tidak ada pesan atau miscall. Padahal Gea telah mengirim email untuk Vina bahwa dia akan berangkat. Bosan menunggu, Gea memutuskan untuk berjalan-jalan. Pemandangan di luar pasti lebih menyenangkan, setidaknya sebelum sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melintas di hadapan Gea dan menerjang tubuh pria muda yang kebetulan sedang menyebrang jalan. Tubuh pria itu terlempar beberapa meter sebelum akhirnya tergeletak di jalan dan darah mengalir dari kepalanya, bak anak sungai. Kejadian itu membuat Gea teringat akan mimpi yang selalu mengganggunya. Mimpi itu kembali berputar di benaknya.
”Kyo” Pekik Gea tiba-tiba. Kini hanya Kyo yang memenuhi pikirannya, dengan panic Gea merogoh sakunya mencari handphone dan menekan tanda panggil untuk sebuah nomor yang selama ini hanya dia pandangi.
“Halo” jawab suara di ujung telepon.
“Kyo,maaf !!”
“Saya masih suka kamu!” suaranya bergetar, dan air mata mulai membasahi pipinya.
Tiba-tiba sepasang tangan membawa tubuh Gea dalam pelukan siempunya tangan, dan mengusap kepalanya lembut. Dialah Kyo.
***“Saya masih enam bulan lagi tinggal di Australia”
“Pergilah. Selesaikan S2 mu” ucap Kyo, kedua tangannya memegang lengan Gea dan memberikan senyuman terbaiknya.
“Di sini saya akan menunggu dan menyiapkan istana kita.“
“Anggap ini hukuman untuk saya, dan ini!” ucap Kyo.
“Kamu untuk saya, itu yang selalu Tuhan bisikan di setiap do’a saya.” bisik Kyo sambil mengecup kening Gea. Gea tertegun sejenak sebelum akhirnya memejamkan matanya, berusaha menyimpan memori indah itu dan memastikan tidak akan pernah terhapus.
“Apa gue bilang, happy ending kan akhirnya” celetuk Vina sambil mengedipkan sebelah matanya saat melihat sahabatnya berada di pelukan pria yang dia cintai sejak dulu.
Kepergian Gea dilepas dengan lambaian tangan dua orang yang telah menjadi warna di hidupnya. Pesawat yang ditumpangi Gea telah mengudara di langit senja, tapi tidak hatinya, hatinya tetap ada di Negara ini dan tubuh itu akan segera kembali untuk kembali sempurna.
Penulis : Anonim ( ingin dirahasiakan identitasnya)