Berbagai macam produk obat bebas banyak beredar di pasaran. Keberadaan media sosial dan iklan serta promosi baik secara langsung maupun tidak langsung berperan penting dalam peredaran obat bebas. Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Masyarakat dengan gejala ringan lebih memilih obat bebas sebelum memeriksakan diri ke dokter, penggunaan obat bebas dalam pengobatan sendiri (swamedikasi) harus mengikuti prinsip penggunaan obat secara umum, yaitu aman dan rasional. Sehingga masyarakat dituntut untuk jeli dan pintar dalam memilih obat bebas yang banyak sekali beredar.
Banyaknya obat bebas yang beredar membuat masyarakat terkadang bingung untuk memilih obat. Untuk memilih obat yang bermanfaat bagi kesehatan, aman dan berkualitas terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
a. Perhatikan nomor registrasi yang sudah mendapat ijin.
b. Periksa kemasan produk tersebut, bila rusak sebaiknya kembalikan.
c. Teliti dan lihat tanggal kadaluarsa.
d. Belilah obat di toko obat agar terhindar dari obat palsu.
e. Perhatikan keutuhan kemasan dan masih tersegel.
f. Jangan terima bila sudah cacat dan bandingkan harganya bila harga obat jauh lebih murah dari lazimnya perlu diwaspadai.
Selain memilih obat hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat bebas meliputi:
• Gejala atau keluhan penyakit pada penderita
• Perhatikan kondisi khusus seperti ibu hamil, menyusui, usia lanjut, bayi, penderita jantung, diabetes, sirosis hati dll.
• Untuk pemilihan obat budayakan membaca brosur atau informasi yang tertera pada kemasan
• Hindari penggunaan obat yang dilarang pada penderita dengan pengalaman alergi terhadap penggunaan obat tersebut
• Pemilihan obat yang tepat sebaiknya tanyakan pada tenaga kesehatan/ahlinya
Pentingnya memilih obat dan penggunaan obat akan meningkatkan derajat kesehatan dan menjadikan masyarakat pintar dalam hal perkembangan kesehatan Indonesia serta mengurangi angka jumlah kesakitan.
Penulis : Kritceh Natalya Harianja