AKU INGIN MENJADI
Siti Zahra Septiani (A 181 041 / RPA 2018)
Sebelumnya, aku tak pernah terpikir untuk menjadi seorang farmasis, bahkan tak pernah ada sedikit pun coretan di daftar cita-citaku untuk memilih jurusan farmasi. Sewaktu kecil aku bercita-cita ingin menjadi seorang guru. Sederhana saja, alasannya karena melihat sosok guruku kala itu dan juga bercermin kepada kedua orang tuaku yang juga merupakan seorang guru. Saat itu, hanya beberapa profesi yang aku tau seperti guru, dokter, polisi, tentara, dan pilot. Hingga aku menginjak bangku SMP, aku mulai banyak tau mengenai berbagai macam profesi yang lain. Namun, aku masih belum mengetahui akan profesi apoteker ataupun mengetahui jurusan farmasi itu seperti apa.
Singkat cerita, yang semula aku ingin menjadi seorang guru, tiba-tiba cita-citaku berubah karena hobi baru yang aku miliki. Hobi baruku itu yang tak lain adalah menonton “drama korea”. Di salah satu drama yang aku tonton, aku mendapatkan sebuah drama yang mengisahkan seputar gangguan psikologis yang tentunya tak lepas dari seorang psikolog. Sejak saat itu, aku mulai tertarik di bidang psikologis. Menurutku seorang psikolog adalah profesi yang sangat menantang karena seorang psikolog pasti dan akan selalu berhadapan dengan berbagai macam orang dengan gangguan psikologis yang bervariasi dari mulai gangguan psikologis ringan hingga berat. Dari situlah cita-citaku berubah, aku mulai berangan menjadi seorang psikolog. Yang terpikir olehku kala itu, aku ingin menjadi seorang psikolog di bidang forensik yang bekerja di kepolisian. Membayangkan dapat menganalisis berbagai permasalahan tindak kriminal menjadi keseruan dan tantangan tersendiri bagiku.
Mungkin karena memang masanya mencari jati diri, aku menjadi labil dan mudah berubah. Termasuk halnya dalam memimpikan cita-cita yang ingin ku capai. Semua angan-angan tentang menjadi seorang psikolog itu akhirnya lebur juga. Kembali lagi, drama korea sangat berpengaruh besar. Drama yang aku tonton kali ini pun mampu membuat cita-citaku berputar haluan. Kali ini, drama yang kutonton mengisahkan perjuangan seorang dokter bedah yang ditugaskan untuk menjadi dokter sukarelawan di negara yang tengah mengalami peperangan. Keahliannya dalam menangani pasien sekarat dan juga kepiawaiannya dalam menggunakan berbagai pisau bedah membuatku terkagum-kagum. Meski itu hanyalah drama, tapi mungkin peran seorang dokter tidaklah jauh berbeda dengan kenyataannya. Mulai dari situlah cita-citaku berputar haluan, aku ingin menjadi seorang dokter bedah.
Waktu berlalu, usai sudah aku berada di bangku SMA. Inilah titik di mana aku benar benar menggantungkan masa depanku untuk menjadi apa. Meski aku sudah mantap untuk mengambil jurusan kedokteran, namun ada saja berbagai halangan yang membuat rasa bimbang dan gelisah selalu ada. Aku kerap konsultasi seputar jurusan yang kuminati kepada guru konselingku di sekolah. Masukan demi masukan yang kuterima belum sepenuhnya membuat hati ini lega karena halangan demi halangan pun ikut menyerta. Dari mulai tantangan keluargaku yang tak merestui jurusan yang ku ambil hingga hal yang lainnya.
Yang semula aku mantap dengan pilihanku, sekarang aku kembali ragu. Tapi aku tak putus sampai disitu, aku mencari jalur alternatifku untuk sampai pada tujuanku itu. Aku mencari berbagai informasi seputar jurusan yang masih ada keterkaitannya dengan kedokteran. Karena aku sangat menyukai mata pelajaran kimia, tentu saja aku tertuju pada jurusan yang erat hubungannya dengan kimia sekaligus kedokteran. Dan farmasi menjadi pilihan yang tepat untukku.
Aku pun mengikuti berbagai kesempatan yang ada, seperti mengikuti jalur SNMPTN dan SBMPTN, di mana keduanya aku mantap memilih jurusan farmasi. Namun, mungkin jalanku bukan disitu. Takdir menunjukkan jalan yang lain untuk mencapai tujuanku. Begitulah aku bisa sampai di STFI dengan jurusan yang aku ingini yaitu farmasi.
Di jurusan farmasi ini aku sangat tertarik dengan salah satu kelompok keilmuannya yaitu farmasetika. Aku ingin menciptakan atau membuat temuan-temuan baru seputar pengobatan dan kosmetik. Aku juga berharap suatu saat setelah aku lulus menjadi sarjana farmasi, aku melanjutkan studiku untuk gelar apoteker. Meskipun sebenarnya, menjadi seorang apoteker bukanlah tujuan utamaku setelah lulus nanti. Setelah lulus nanti, aku ingin menjadi seorang pengusaha, entah dengan membuka apotek dengan banyak cabang, ataupun mendirikan klinik kecantikan dengan menciptakan temuan-temuan baru di bidang kecantikan. Selain menjadi seorang pengusaha, seperti halnya farmasis yang lain tentunya aku juga ingin bekerja di lembaga pemerintahan, seperti di Badan POM dan LIPI. Pengusaha sekaligus pegawai di BPOM ataupun LIPI, itulah yang menjadi keinginan dan harapan tersebesarku setelah lulus nanti.
Pada dasarnya, aku ingin menjadi seorang lulusan farmasi yang dapat berguna bagi orang lain, ingin menemukan berbagai temuan-temuan baru yang nantinya berguna dan terpakai di kehidupan.