Sabtu, 5 Desember 2015 merupakan hari paling bersejarah bagi para wisudawan dan wisudawati Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, dimana dilaksanakan wisuda gelombang X bagi 110 mahasiswa/i STFI. Menjadi seorang sarjana tidaklah cukup hanya dengan meraih IPK tinggi, melainkan dituntut aktif dalam kegiatan yang ada di dalam maupun di luar kampus. Untuk mahasiswa farmasi, waktu merupakan salah satu kendala, dimana mata kuliah yang rumit, kemudian praktikum dengan sks yang tidak sedikit, juga tugas, laporan dan hafalan untuk kuis hari berikutnya. Sulit bukan untuk menyesuaikan waktu?
Muthia Ulfah, S. Farm, adalah salah satu mahasiswa yang mampu menunjukkan prestasi baik di bidang akademik maupun non-akademik. Dengan IPK yang tinggi (3,6), dan aktif dalam kegiatan berorganisasi. Beliau adalah mantan ketua senat STFI pada periode 2013-2014, selain itu aktif pula dalam organisasi ISMAFARSI dan JMKI, serta menjabat sebagai redaktur SIGNA Angkatan I di STFI. Dengan ini ia membuktikan bahwa jadwal kuliah dan tugas yang padat tidak selalu menjadi kendala untuk tetap menjadi mahasiswa yang aktif berorganisasi. Sekarang beliau sedang melanjutkan studi apoteker di Universitas Jendral Achmad Yani.
“Yang pertama harus tergantung pada diri sendiri. Di dalam berorganisasi harus bisa berkomitmen juga terhadap organisasi tersebut dan menjalaninya dengan sungguh-sungguh. Begitu pula dengan perkuliahan, jika sedang kuliah kita pun harus fokus terhadap perkuliahan. Mendapatkan nilai yang besar bukan hanya dari hasil ujian, namun harus aktif di kelas. Belajar itu tidak harus selalu bermodalkan hafalan. Jika dosen menerangkan, maka tulislah tetapi harus dipahami juga. Kalau ada tugas kelompok baik teori maupun praktikum bila memang diandalkan, janganlah merasa dimanfaatkan. Utamakanlah kepentingan kelompok agar hasil untuk kitanya juga baik”, ujar Muthia Ulfah, S.Farm saat diwawancarai.
Oleh: Desty Santi Christy