Farmasis?
Mungkin di benak masyarakat umum, farmasis adalah seseorang yang berjualan obat di apotek atau rumah sakit. Tapi kebanyakan orang tidak tahu jika seorang farmasis dapat menjadi seorang peneliti atau ilmuwan.
Loh? Kok bisa ya? Bisa dong…
Hal itu diungkapkan dalam 9 stars of pharmacist oleh World Health Organization (WHO) yang menggambarkan peran seorang farmasis dalam pelayanan kesehatan yaitu Care-Giver, Decision-Maker, Communicator, Manager, Leader, Life-long Learner, Teacher, Researcher, Entrepreuner. Ya, farmasis adalah Researcher yang diartikan sebagai peneliti.
Terus kenapa sih seorang farmasis itu dikatakan sebagai peneliti?
Sejak awal kuliah, seorang farmasis sudah diajarkan tentang dasar-dasar untuk menjadi seorang ilmuwan dengan cara melakukan praktikum dari berbagai mata kuliah, membuat jurnal, laporan, dan puncaknya ialah Tugas Akhir (TA). Namun sangat disayangkan hanya sedikit farmasis yang menjadi peneliti yang sesungguhnya, wkwk.
Mengapa bisa begitu?
Sebagian besar lulusan farmasi berkeinginan untuk dapat bekerja di rumah sakit, industri, BPOM, dan sebagainya. Hal ini terjadi karena bekerja dalam pelayanan terlihat menjanjikan dan menjadi indikator keberhasilan dari lulusan farmasi. Padahal, farmasis yang menjadi peneliti bisa mendapatkan hidup yang lebih terjamin. Dengan meneliti, kita dapat menemukan atau menjadikan sesuatu yang sudah ada menjadi hak paten kita.
“Saya hidup dari paten,” ujar Prof Sidik.
Beliau adalah salah satu Senat STFI yang telah membuktikan bahwa farmasis bisa menjadi peneliti yang sukses dan merupakan sosok inspirasi bagi farmasis muda seperti kita. Namun, perjalanan menuju kesuksesan tersebut tidaklah mudah. Berbagai hambatan yang dialami para peneliti seperti data yang tidak sesuai dengan keinginan, sumber bahan penelitian yang sulit didapatkan, biaya penelitian yang tidak sedikit dan lain-lain. Meskipun begitu, bukan berarti kita menyerah terhadap masalah yang ada. Kesuksesan beliau seharusnya dapat memacu semangat kita sebagai Pharmacist-Researcher. Hayo… Siapa yang mau jadi peneliti seperti beliau?
Penulis: Dani