Kisah KKN Tanam STFI: Sulap Kencur Jadi Produk ‘Oke’ Hingga Bersahabat dengan Pak Emuh

Kisah KKN Tanam STFI: Sulap Kencur Jadi Produk ‘Oke’ Hingga Bersahabat dengan Pak Emuh

Kuliah semester 7?

Pernah mengalami yang namanya KKN (Kuliah Kerja Nyata) kan?

30 Juli 2018 adalah hari yang paling menegangkan untuk mahasiswa semester 7 Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STFI), karena hari itu adalah hari keberangkatan mahasiswa KKN ke Tasikmalaya. Ya, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, KKN kali ini bertempat di Tasikmalaya. Selain mengabdi kepada masyarakat, KKN ini bertujuan menjadikan mahasiswa produktif dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, terutama di Desa Pasir Salam, Tasikmalaya. Desa Pasir Salam sangat terkenal dengan kekayaan alamnya, sehingga STFI tertarik mengembangkan potensi alam tersebut menjadi produk dengan nilai jual lebih tinggi. Sumber daya alam yang diolah pada KKN ini yaitu kencur, kelor, jahe, biji pinang, mengkudu, dan kencur. Kelompokku mendapat bagian mengolah produk dari kencur dan ditempatkan di Dusun Pasir Salam. Inilah kisah kami, kisah kelompok TANAM (Tasikmalaya Kelompok Enam).

Tak heran jika kampus menempatkan kami di sini. Selain kaya akan sumber daya alam, pemandangannya pun tak kalah indah. Sejauh mata memandang, pepohonan tumbuh dengan rimbun. Warna hijaunya menyegarkan mata. Meskipun akses jalanan menuju desa tidak terlalu bagus, namun udara segar menyeruak masuk ke dalam kendaraan yang kami tumpangi. Di kedua sisinya, berderet rumah-rumah sederhana. Tibalah kami di Dusun Pasir Salam. Kami ditempatkan di sebuah rumah sederhana yang terletak di ujung. Rumah kami tidak berdampingan langsung dengan tetangga, ada kebun di belakang rumah kami.

Di sini memang indah, tapi belum tentu membuat kami betah…

Berbagai keresahan menghampiri di minggu pertama KKN. Rasa tidak nyaman karena rumah yang terletak di pojok, rindu ingin pulang, tidur berdesakan, dan perasaan-perasaan tak tenang lainnya. Memang, bagi sebagian orang seperti diriku, membutuhkan waktu yang lama untuk beradaptasi. Namun, semua itu bisa diatasi karena aku tidak sendiri. Ketidaknyamanan yang kami rasakan, justru membuat “ikatan” diantara kami menjadi semakin kuat. Rasa kekeluargaan mulai terbentuk dalam kelompok kami. Rumah yang sesak karena ditempati oleh 20 orang lebih, membuat kami melakukan segala aktivitas di ruang tengah. Di mulai dari makan bersama, bersenda gurau, rapat, hingga tidur bak “ikan asin” yang dijemur. Kebersamaan ini membuat kelompok kami semakin kompak. Lalu siapa sangka? Para lelaki dalam kelompokku yang terkenal “nakal” di kampus, kini menunjukkan sifat dewasanya. Tak jarang mereka begadang di malam hari hanya untuk menjaga kami, para perempuan, di saat kami terlelap.

   

Begitu banyak proker yang kami kerjakan selama KKN. Dimulai dari Sensus Penduduk, 17-an, Tanaman Obat Keluarga, Kampanye Informasi Obat, Pola Hidup Sehat, Gotong Royong, dan lainnya. Tak hanya itu, kami memberikan pengetahuan tentang cara mengolah kencur menjadi makanan ringan yaitu stik. Produk kencur ini kami namakan “OKE”, singkatan dari Olahan Kencur. Selain dijadikan stik, kencur diolah menjadi kencur celup dan masker kencur. Secara empiris, kencur berkhasiat untuk meningkatkan stamina tubuh, menambah nafsu makan, menghangatkan badan, infeksi bakteri, minuman segar, ekspektoran, karminatif, disentri.

Satu sosok yang takkan kami lupakan selama KKN adalah Pak Muhidin, yang selalu disapa Pak Emuh. Ia adalah ‘pahlawan’ Pasir Salam. Tanpa Pak Emuh, warga akan kesulitan karena tak ada air. Seluruh warga RT 18, 19 dan 20 mendapat pasokan air dari Pak Emuh. Setiap hari, beliau selalu ke rumah untuk memastikan tangki air kami terpenuhi. Sosoknya yang ramah, baik, dan rajin membuat kami menyukainya dan bersahabat dengannya.

Sebulan sudah kami menjadi warga Pasir Salam. Setiap awal pasti ada akhir, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Sungguh berat rasanya meninggalkan warga Pasir Salam yang sudah seperti keluarga sendiri. Begitu banyak kenangan yang terlukis di desa ini. Kami berharap semoga Desa Pasir Salam semakin maju dan program yang sudah dilakukan dapat memberikan manfaat bagi warga sekitar.

Teruntuk kelompok TANAM, terima kasih telah menjadi bagian dari keluarga baruku yang hebat, terima kasih telah mengukir keindahan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Sukses selalu untuk kelompok TANAM, semoga kebersamaan kita tidak pernah padam.

Penulis,

Melinda Restu Septivani

Mahasiswa Opini