Desa Rawabogo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Desa Rawabogo terkenal sebagai salah satu dari 10 desa wisata di Kabupaten Bandung. Potensi wisata Desa Rawabogo sangat banyak, antara lain wisata alam, wisata spiritual, wisata budaya, dan wisata kuliner. Dan, di desa inilah cerita kami dimulai.
Tepat bulan Agustus tahun 2016, Kuliah Kerja Nyata (KKN) untuk mahasiswa dan mahasiswi Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STFI) dilaksanakan. Banyak sekali pengalaman dari KKN, seperti jauh dari orang tua, dari hiruk pikuk perkotaan, serta tinggal bersama rekan mahasiswa yang sebelumnya jarang atau bahkan belum pernah saling menyapa.
Kesibukan menjalankan program kerja (Proker) menjadi rutinitas utama kami di sana. Selain itu, bersosialisasi dengan masyarakat yang mayoritas menggunakan bahasa daerah, menjadi suatu pengalaman baru bagi kami. Beruntung beberapa anggota kami mengerti bahasa Sunda sehingga hal tersebut tidak menjadi masalah besar.
Desa ini sangat asri dan sejuk serta mayoritas penduduknya petani sehingga daerah ini memiliki banyak area lahan sektor pertanian, di mana pemandangan ini jarang kami lihat sebelumnya. Hari pertama kami menginap, suhu udara pada malam hari berkisar 12oC. Suhu udara sangat dingin menurut kami yang belum terbiasa hingga saat tidur pun kami memerlukan kaus kaki dan jaket untuk menjaga kami tetap merasa hangat.
Makan bersama-sama pun sudah menjadi kebiasaan kami di sini, kami dapat berkumpul sambil bercanda dan berbincang. Ketika makan pun ada saja moment yang terjadi. Ada suatu kejadian, nasi yang dimasak hasilnya keras karena kekurangan air. Kami juga mengetahui kenyataan bahwa ternyata hampir dari kami semua suka makan jengkol. Jadi, jangan heran bila mencium aroma menusuk saat meminjam kamar mandi kami.
Pengalaman yang menyeramkan juga pernah kami alami di pondokan kami tinggal, bukan hanya pondokan kami saja jalan menuju pondokan pun memiliki cerita yang tidak kalah menyeramkan. Setiap tengah malam di sekitar pondokan selalu ramai oleh suara-suara yang kami sendiri tidak ketahui sumbernya, dan hal tersebut sering mengganggu jam istirahat kami.
Suasana jadi menegangkan saat malam tiba. Bukan hanya hari pertama saja, pada hari- hari selanjutnya pun sering terjadi hal menyeramkan. Karena kejadian tersebut setiap malam saat hendak ke toilet, tidak ada yang berani sendirian. Tapi keusilan tetap saja bisa terjadi sekali pun demikian, misalnya kejahilan saat salah seorang teman kami meninggalkan teman kami yang lain di toilet, yang akhirnya membuat kami semua tertawa karena dia berlari dari toilet dan langsung menutup pintu dengan mimik mata terbelalak, mata dan bibir pucat, hehe.
Kami disatukan dalam waktu satu bulan, kami saling mengenal selama satu bulan. Mungkin kami berbeda, tetapi kami menjadi keluarga kecil yang saling mendukung demi tujuan kami dalam mensukseskan setiap proker kami. Sudut pandang kami berubah tidak hanya program kerja yang kami laksanakan berjalan dengan baik, tapi warga yang menerima kami dengan tangan terbuka menjadi sebuah hal yang berkesan.
Penulis : Kelompok 7