Tanda-Tanda Anda Sedang Berada dalam Toxic Relationship, Bagaimana Cara Mencegahnya?

Pada zaman sekarang tak sedikit orang-orang mengalami toxic relationship hanya karena beberapa alasan, salah satunya “terlalu sayang sehingga tidak mau kehilangan”. Alasan itu sering memicu beberapa pasangan yang mengalami toxic relationship. Ada beberapa yang berani angkat bicara menceritakan kisah lika-likunya ketika mengalami toxic relationship, ada juga beberapa korban dari toxic relationship yang mengalami trauma karena mengalami dating violence. Mungkin bagi beberapa orang yang trauma menganggap masalah ini adalah hal sepele, padahal hal ini sangat berpengaruh pada kondisi mental seseorang.

Dalam hubungan toxic relationship, dikenal istilah love bombing yang mana diartikan sebagai kondisi di mana seseorang menerima begitu banyak cinta secara tiba-tiba yang dapat dilihat saat pasangan merasa dirinya adalah yang terbaik untukmu, padahal hubungan baru dimulai. Pasangan yang melakukan love bombing juga narsisitik dan merasa dirinya jauh lebih baik dibandingkan orang-orang di sekitarmu. Tindakan love bombing cukup berbahaya karena termasuk sebagai tindakan manipulatif seseorang pada pasangannya. Bukan tidak mungkin pula saat pasangan sudah tertipu akibat love bombing, seseorang ini justru berubah sikapnya dan pergi begitu saja, artinya dapat dikatakan ditinggal pas lagi sayang-sayangnya.

Tanda-tanda kamu sedang dalam hubungan toxic relationship, yaitu :

  1. Komunikasi yang toksik

Jika komunikasi Anda adalah tentang pertengkaran yang tak berujung, lontaran caci maki, tangisan, dan saling menyalahkan, tak diragukan lagi bahwa hubungan Anda beracun. Sementara, ada pertengkaran yang dapat menjadi dasar hubungan yang kuat, tetapi jika berubah menjadi buruk, itu melambangkan hubungan toksik dan harus segera diakhiri.

  • Mengendalikan pasangan

Rasa cemburu yang berlebihan sehingga pasangan sulit dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena selalu dikontrol, adanya rasa tidak bebas yang membatasi segala hal sehingga tidak bisa menjadi diri sendiri.

  • Manipulatif

Seseorang yang senang memanipulasi keadaan cenderung bertindak seperti korban, di mana sebenarnya ia adalah pelaku. Seseorang yang manipulatif kerap memainkan perasaan korban hingga korban sulit membedakan salah dan benar, menyalahkan diri sendiri, bahkan korban selalu meminta maaf pada sebuah kesalahan yang tidak dilakukan.

  • Saling merahasiakan

Di zaman sekarang sudah banyak pasangan yang bertukar akun media sosial untuk membuat pasanganya bisa saling percaya. Namun, berbeda dengan yang berada dalam toxic relationship, segala hal tentang akun media sosial tidak saling terbuka, dalam hal ini adanya saling merahasiakan juga adalah bentuk dari pertahanan diri karena merasa terancam apabila rahasianya terbongkar. Contohnya adalah perselingkuhan, tetapi tetap saja hal ini cepat atau lambat akan merusak hubungan.

  • Mati rasa

Mati rasa terjadi apabila seseorang terlalu mencintai, tetapi cintanya tidak terbalaskan, sering dikecewakan, dikhianati, dan tidak dihargai. Hal ini membuat seseorang yang mati rasa merasa stres dan tidak bahagia. Mati rasa berkaitan dengan masa lalu yang kurang baik dan masa lalu tersebut belum seutuhnya selesai.

  • Mendapat kekerasan fisik

Kekerasan dapat berupa kekerasan secara verbal dan fisik. Jika suatu hubungan terdapat kekerasan fisik, hal itu menandakan bahwa hubungan yang Anda jalani adalah toxic relationship. Jika terjadi perselisihan, pasangan Anda seringkali melalukan kekerasan fisik untuk menyalurkan emosinya. Baik konflik kecil maupun besar, kekerasan fisik tidak bisa dibenarkan.

Mengingat dampak yang ditimbulkan dapat mengganggu kehidupan dan kesehatan seseorang, cara-cara untuk mengatasi dan mencegah toxic relationship, yaitu berbicara secara efektif, yang artinya pembicara dan penerima mengerti pesan yang disampaikan. Kedua adalah secara asertif atau rasional, menyatakan secara langsung apa yang diinginkan, menghargai, dan memahami orang lain “Asertif artinya tegas, berterus terang dan kalau bisa secara definitif diucapkan”. Contoh penerapannya adalah mengucapkan jika Anda tidak suka dibatasi untuk bermain dengan orang lain. Jika Anda sudah berbicara, tetapi tindakan toksik tetap terjadi, pertimbangkan kembali untuk menjalani hubungan dengan orang tersebut, terlebih jika ingin melanjutkan ke jenjang pernikahan. Dalam psikologi pola perilaku, perulangannya ada sehingga harus dipikirkan kembali.

Sumber :

https://kiaton.kontan.co.id/news/ini-ciri-ciri-hubungan-toksik-dan-cara-mencegahnya-agar-tidak-terjebak

https://www.kompasiana.com/hanayudha/6210f45d51d7642424477da2/jauhi-toxic-relationship-intip-ciri-ciri-dan-cara-mengakhirinya

Penulis            : Clara Claudia

Editor             : Amanda Tri Kartika

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.