Quarter Life Crisis

Topik tentang “remaja” merupakan sebuah bahasan yang tidak akan pernah habis. Pada masa remaja ini, sering juga disebutkan sebagai masa transisi. Di mana proses menuju pendewasaan, yang pastinya akan mengalami banyak perubahan, seperti perubahan fisik hingga ke perubahan emosi. Belum lagi, seorang remaja yang mengalami jatuh cinta, pasti akan mengalami perubahan emosi yang tak menentu, terkadang dia merasa cinta, kadang sedih, galau, sakit hati, dan masih banyak lagi. Apalagi, jika membahas seorang remaja, tak akan jauh dari tujuan hidup. Tujuan hidup yang bagaimana maksudnya?

Kebanyakan remaja saat ini, sulit untuk menentukan alur hidup yang mereka jalani. Mungkin, mereka masih bisa nongki, kumpul bareng teman, bercengkrama, atau staycation, namun mereka lupa atau bahkan bingung akan dibawa kemana arah hidup mereka? Tentunya itu menjadi hal yang sangat wajar di kalangan remaja, di mana memasuki tahap perkembangan, dan tak akan bisa lari dari kenyataan pahit mereka dalam menghadapi berbagai permasalahan krisis, baik fisik maupun psikologis. Pada masa perencanaan hidup meraih masa depan inilah, proses remaja menjadi sangat berkesan dan unik dipenuhi dengan drama-drama kehidupan, entah itu percintaan, pertemanan, pergaulan, dan hal-hal lainnya.

https://rise-indonesia.org

Jika disambungkan dengan quarter life crisis, apa sih? Sebelumnya pengertian dari quarter crisis life itu sendiri adalah sebuah istilah psikologi yang merujuk pada keadaan emosional yang umumnya dialami oleh orang-orang berusia 20 hingga 30 tahun seperti kekhawatiran, keraguan terhadap kemampuan diri, dan kebingungan menentukan arah hidup. Krisis ini dipicu oleh tekanan yang dihadapi baik dari diri sendiri maupun lingkungan, belum memiliki tujuan hidup yang jelas sesuai dengan nilai yang diyakini, serta banyak pilihan dan kemungkinan, sehingga mengalami kebingungan untuk memilih (Tirto.id, 2020). Banyak sekali kebingungan, yang dialami remaja saat ini seperti belum memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya atau bahkan memiliki tujuan yang tidak realistis. Menurut peneliti dan pengajar Psikologi dari University of Greenwich, London, Dr. Oliver Robinson, ada empat fase dalam quarter life crisis:

  1. Perasaan terjebak dalam suatu situasi, entah itu pekerjaan, relasi, atau hal lainnya.
  2. Pikiran bahwa perubahan mungkin saja terjadi.
  3. Periode membangun kembali hidup yang baru.
  4. Fase mengukuhkan komitmen baru terkait ketertarikan, aspirasi, dan nilai-nilai yang dipegang setelah mengalami quarter life crisis.

Jadi, dalam menentukan sebuah langkah, apalagi untuk masa depan yang akan berlanjut, kita sebagai seorang remaja tentu harus memiliki konsep-konsep yang tersusun. Contohnya, jika kita tidak memiliki bakat, maka apa yang harus kita lakukan? Tentu kita harus mencari dan mengembangkannya sebagai sebuah solusi. Jika kita hanya terdiam, dan menunggu adanya keajaiban tentu itu tidak akan mungkin. Semua perlu proses, semua butuh pengorbanan baik itu secara fisik maupun pikiran. Kita harus bisa mengambil langkah pasti demi masa depan kita, untuk membahagiakan orang di sekeliling kita.

Sudah semestinya individu di masa zillenial ini, memiliki rancangan kehidupan masa depan yang sesuai dengan kemampuannya. Beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk menghadapi quarter life crisis antara lain: tidak membandingkan diri dengan orang lain, menyesuaikan tujuan hidup dengan realita, menerima keadaan dan bertukar pikiran dengan orang lain. Penting juga bagi individu untuk mengembangkan keyakinan diri, meningkatkan rasa percaya diri, pantang menyerah, serta meningkatkan kemampuan yang dimiliki agar semakin tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan yang ada. Selain itu, diperlukan juga sikap optimisme dalam menghadapi kehidupan ini.

Penulis : Hana Nur Asilah

Editor  : Muhammad Ismail Faruqi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.