FENOMENA MAHASISWA AFTER PANDEMI
Seperti yang kita ketahui bahwasannya beberapa tahun kebelakang dunia digemparkan dengan wabah COVID-19 yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia. Dimana, pada saat itu semua aspek kehidupan manusia berubah drastis salah satunya yaitu dalam dunia pendidikan. Satu diantaranya yang paling terdampak adalah mahasiswa, karena dengan adanya pandemi COVID-19 kegiatan belajar mengajar di dunia perkuliahan dialihkan ke pembelajaran secara daring yang dilakukan dirumah masing-masing dengan menggunakan platform Zoom meeting, Google meeting, Google Classroom, Edmodo, dan lain-lain.
Mahasiswa dan seluruh civitas akademik harus menyesuaikan diri dengan sistem pembelajaran baru yang dilakukan secara online. Meskipun dengan sistem seperti ini terdapat beberapa keuntungan, seperti penghematan biaya transportasi dan waktunya yang fleksibel. Namun adapun dampak yang kurang baik saat pembelajaran secara online yaitu cara komunikasi dengan sesama mahasiswa maupun dosen yang sepenuhnya dilakukan via online dengan menggunakan platform Whatsapp tidak dengan berinteraksi langsung di kelas/kampus.

Seiring berjalannya waktu dengan kuasa Tuhan yang Maha Esa, sekitar awal tahun 2022 wabah COVID-19 perlahan mulai membaik dan jumlah pasien positif semakin berkurang. Maka dari itu, segala aspek kehidupan manusia yang sebelumnya terhambat karena adanya pandemi ini mulai pulih kembali, termasuk dunia perkuliahan yang sebelumnya dilakukan secara daring karena adanya pandemi, kini normal kembali yaitu dilakukan secara tatap muka di kampus. Begitu pun cara komunikasi antara mahasiswa dan dosen pada saat kuliah tatap muka baiknya dilakukan secara langsung. Akan tetapi mahasiswa masa kini, karena mungkin terbawa pengaruh dari perkuliahan pada saat online walaupun sudah kuliah seperti biasa tetapi aktivitas menghubungi dosen melalui Whatsapp menjadi sebuah kebiasaan mahasiswa yang dijuluki sebagai ”angkatan covid”.
Yang mana kebiasaan ini menjadi sebuah fenomena pro dan kontra di dunia perkuliahan baik antara dosen dan mahasiswanya. Tidak sedikit yang keberatan dengan cara tersebut karena dianggap tidak sopan, akan tetapi ada pula yang menilai ini sebagai sesuatu yang biasa karena justru dapat memudahkan komunikasi kapan saja dan dimana saja. Meski begitu, aplikasi Whatsapp juga memiliki dampak negatif pada komunikasi antar individu, diantaranya yaitu kurangnya komunikasi tatap muka, kesulitan dalam memahami nada suara dan ekspresi wajah pada saat berkomunikasi, kemudian cenderung untuk menunda balasan yang dapat menyebabkan ketidakjelasan dan ketidakpastian dalam komunikasi.
Disamping itu, aplikasi WhatsApp memiliki beberapa kelebihan bagi mahasiswa. Aplikasi WhatsApp bisa digunakan untuk membuat WhatsApp Group (WAG) yang terdiri dari dosen dan mahasiswa yang mempunyai kepentingan yang sama saat proses pembelajaran dilaksanakan. WhatsApp Group merupakan sebuah ruang kelas virtual yang memfasilitasi setiap anggotanya untuk dapat berkomunikasi dengan sesama anggota yang ada dalam WhatsApp Group tersebut dan mengajak kepada kebaikan saja dan berkaitan dengan materi perkuliahan. Selain itu, mahasiswa dan dosen juga bisa menggunakan WhatsApp ketika menyampaikan informasi serta tugas mahasiswa dalam bentuk tulisan-tulisan, karya mahasiswa atau dosen yang dapat di-posting ke media sosial dan dapat dibagikan dalam bentuk pesan dalam aplikasi pengiriman pesan online.
Akan tetapi, meskipun cara komunikasi melalui WhatsApp ini memiliki banyak keuntungan dan mudah digunakan/fleksibel, tetap saja cara ini masih menjadi sebuah pro dan kontra yang belum ditemukan titik terangnya. Terdapat banyak pendapat yang berbeda dari banyak kalangan terkait penggunaan aplikasi WhatsApp untuk media komunikasi yang digunakan untuk menghubungi dosen.
Penulis : Auliya Uswaturrobbani
Editor : Aida Rizky