Dampak Kurangnya Kesadaran Mahasiswa Mengenai Kesehatan Mental

Sumber: Canva

Menurut WHO, Kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di mana setiap individu mampu mewujudkan kemampuannya untuk mengelola stress kehidupan dengan wajar untuk bekerja secara produktif, serta berperan di komunitasnya. Satu miliar orang di dunia hidup dengan gangguan mental. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menjelaskan bahwa lebih 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki persentase depresi sebesar 6,2%. Depresi akan mengalami kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri (Self harm) hingga bunuh diri. Sebesar 80-90% kasus bunuh diri merupakan akibat dari depresi dan kecemasan.

            Pada masa ini, zaman sudah maju akan ilmu pengetahuannya, akan tetapi masih banyak orang tua yang menganggap remeh kesehatan mental anaknya karena kurangnya edukasi serta pengetahuan orang tua mengenai pentingnya kesehatan mental. Akibatnya, banyak remaja yang kurang terbuka dan takut untuk bercerita kepada orang tuanya mengenai apa yang mereka rasakan selama ini dan tidak sedikit pula remaja yang inner child-nya terluka. Orang tua menganggap itu adalah hal yang biasa dan mengabaikan kesehatan mental anaknya.

            Tau ga, sih? kalau mental health itu penting bagi kehidupan kita? Apalagi mahasiswa yang jadwalnya padat dan masih berada di masa transisi antara remaja menuju dewasa. Pada masa itu, mereka masih memiliki emosi yang belum stabil sehingga terkadang mereka mengalami moodswing. Moodswing tersebut dapat menghancurkan hari mereka apalagi ketika padatnya jadwal di kampus.

            Kesehatan mental pada mahasiswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor genetika, keluarga, pertemanan, gaya hidup, sosial, dan berbagai faktor lainnya. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi mahasiswa secara positif maupun negatif. Akan tetapi, masih banyak mahasiswa yang tidak menyadari dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari faktor-faktor tersebut sehingga lupa akan kesehatan mental mereka. Mereka lupa berfokus pada kesehatan mental karena mereka hanya berfokus pada tugas, organisasi, jadwal kuliah, serta tuntutan-tuntutan yang mereka terima dari orang-orang di sekitarnya. Regulasi diri dalam belajar yang baik akan membantu mahasiswa untuk memenuhi tuntutan-tuntutan yang dihadapinya. Regulasi diri adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kontrol terhadap emosi dan perilakunya dalam situasi apapun secara mandiri.

            Kesehatan mental sangat penting untuk menunjang produktivitas dan kualitas kesehatan fisik. Demi mendukung hal tersebut, kita harus menyadari kesehatan mental sejak dini sebelum makin parah. Jika tidak menyadarinya sejak dini akan berakibat buruk bagi kehidupan kita di masa sekarang dan yang akan datang.

            Dampak negatif dari kurangnya menyadari kesehatan mental itu banyak loh, teman-teman, diantaranya :

  1. Seseorang akan menunjukkan perubahan kepribadian, seperti merasa minder, atau insecure untuk dapat bergaul karena merasa berbeda dengan teman yang lain.
  2. Mengalami kecemasan, amarah, dan perubahan suasana hati. Kondisi ini mungkin terlihat wajar dan umum dialami banyak orang, akan tetapi jika seseorang mengalaminya secara berlebihan dan tidak dapat mengontrol amarahnya akan berisiko mengganggu kesehatan mentalnya dan orang-orang di sekitarnya.
  3. Merasa putus asa. Hal ini dapat mempengaruhi kehidupannya karena berpikir berlebihan akan membuatnya tidak dapat berpikir jernih dan sulit untuk konsentrasi. Hal tersebut akan menyebabkan seseorang sulit untuk tidur dengan nyenyak.

            Jika mengalami hal tersebut, teman-teman dapat melakukan konsultasi kepada psikolog dan akan mendapatkan arahan sehingga kesehatan mental kita lebih baik lagi. Jangan lupa untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, olahraga secara teratur, melakukan meditasi, dan selalu terhubung dengan social support seperti keluarga, teman, ataupun pacar.

            Jika ada salah satu teman yang mengalami gangguan mental, kita harus menjadi support system yang baik dan jangan menjauhinya. Kita harus saling peduli dan meningkatkan rasa empati terhadap sesama. Dengan cara diatas, diharapkan dapat membantu teman-teman khususnya mahasiswa untuk menyadari pentingnya kesehatan mental dalam kehidupan dan dapat mengatasinya dengan baik.

Penulis: Annisa Putri

Editor: Hana Nur Asilah

Referensi :

Gustiana, Nada Zahira. (2021, November 3). Pentingnya Kesehatan Mental bagi Remaja Indonesia. Dibawa dari Geotimes: https://geotimes.id/opini/pentingnya-kesehatan-mental-bagi-remaja-indonesia/.

Hafiy, Muhammad Najmi., Salmayanti, Unike Khaerani. (2021. Mei 29).  Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental bagi Mahasiswa. Dibawa dari Gama Cendekia UGM: https://egsa.geo.ugm.ac.id/2020/11/27/darurat-kesehatan-mental-bagi-remaja/.

Rachmawati, Alfina Ayu. (2020, November 27). Darurat Kesehatan Mental bagi Remaja. Dibawa dari egsaugm: https://gc.ukm.ugm.ac.id/2021/05/pentingnya-menjaga-kesehatan-mental-bagi-mahasiswa/.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.